BAB
I
PENDAHULUAN
•
Latar
Belakang
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke
Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia.
Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60
tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab
kecacatan serius menetap no 1 di seluruh dunia.
Pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia,
saat ini diingatkan bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6
detik seseorang meninggal karena stroke . Organisasi Stroke Dunia mencatat
hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila
menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini.
Badan
kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring
dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada
tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030.
Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus
stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Pada tahun 2010,
Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk menbiayai tanggungan medis dan
rehabilitasi akibat stroke.
Secara
normal darah mengangkut oksigen dan nutrisi untuk sel – sel otak. Tanpa aliran
darah , sel otak akan cepat mati. Setiap detik 32.000 sel otak yang tidak
mendapat suplai oksigen akan mati.
Stroke merupakan suatu penyakit defisit neurologis yang bersifat
mendadak. Penyebabnya adalah gangguan pada aliran pembuluh darah di otak.
beberapa hal yang dapat menyebabkan terganggunya aliran darah di otak antara
lain adalah terbentuknya sumbatan pada pembuluh darah ( stroke iskemik ) maupun
pecahnya pembuluh darah (stroke perdarahan), yang sama – sama dapat menyebabkan
aliran suplai darah ke otak terhenti dan muncul gejala kematian jaringan otak.
Menurut dr.Yuda Turana Sp.S saat ini bukan hanya gejala kelemahan
tubuh saja yang menjadi fokus utama tetapi bisa saja terkena gangguan pada
fungsi kognitif seperti lupa mendadak, gelap satu mata, pusing, bicara pelo /
cadel mendadak, gangguan menelan, kesemutan seluruh badan mendadak, gangguan
keseimbangan mendadak.Stroke dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun
emosional seseorang.
•
Tujuan
Penulisan
Tulisan
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Blok Neurobehavier dan
agar kita dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit stroke.
•
Sistematika
BAB I Pendahuluan berisi Latar Belakang,
Tujuan Penulisan, dan Sistematika
BAB II Landasan Teori berisi Anatomi
dan Fisiologi Peredaran Darah Otak
BAB III Pembahasan Stroke berisi Definisi, Etiologi, Patofisiologi,
Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis,
Asuhan Keperawatan
BAB
II
LANDASAN
TEORI
•
Anatomi
dan Fisiologi Peredaran Darah Otak
•
Anatomi Otak
Seperti
terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
•
Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari
otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak
Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa,
kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual
atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4
(empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan
bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut
masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus
Temporal.
•
Lobus Frontal
merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas,
kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
•
Lobus Parietal
berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
•
Lobus Temporal
berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
•
Lobus Occipital
ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan
visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek
yang ditangkap oleh retina mata.
•
Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak
di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum
mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi
tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil
juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan
mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil,
dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan
menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan
makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
•
Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di
dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke
tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi
dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,
mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia
yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya
Batang otak dijumpai juga pada hewan
seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut
dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai
insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika
orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
Batang
Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
•
Mesencephalon atau Otak Tengah
(disebut juga Mid Brain)
Adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan
Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon
penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
•
Medulla oblongata
Adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
•
Pons
Merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.
•
Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem Limbik terletak pada bagian
tengah otak membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari
bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan
mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara
lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem
limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara
homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem
adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang
perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh
oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat
bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya
sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang
diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus
lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi
semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.
•
Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian
dari susunan saraf pusat yang berbentuk silinder memanjang dan terletak
seluruhnya di dalam canalis verterbalis, dikeliling oleh tiga lapis selaput
pembungkus yang di sebut meninges. Apalagi lapisan-lapisan, struktur-struktur
dan ruangan-rungan yang mengeliling medulla spinalis itu disebutkan dari luar
ke dalam secara berturut-turut, maka terdapatlah :
•
Dinding canalis verterbralis
(terdiri atas vertebrae dan ligmenta)
•
Lapisan jaringan lemak (ekstradural)
yang mengandung anyaman pembuluh-pembuluh darah vena
•
Dura mater
•
Arachnoidea
•
Ruang subrachnoidal (cavitas
subarachnoidealis), yang antara lain berisi liquor cerebrospinalis
•
Pia mater, yang kaya dengan pembuluh-pembuluh
darah dan yang langsung membungkus permukaan sebelah luar medulla spinalis.
Lapisan
meninges terdiri atas pachymeninx (dura meter) dan leptomeninx (arachnoidea dan
pia meter). Lapisan arachnoidea menempel langsung pada permukaan sebelah dalam
dura meter, sehingga di antara kedua lapisan ini dalam keadaan normal tidak
dijumpai suatu ruangan. Ruangan subarachoidal selain mengelilingi medulla
spinalis, juga mengelilingi radices dan ganglia. Di dalam cavitas
subarachoidealis selain liquor cerebrospinalis, juga dapat dijumpai septum
subarachnoideale, ligmentum denticulatum dan pembuluh-pembuluh darah. Septum
subarachoideale merupakan perluasan lapisan pia meter yang terbentang antara
sulcus medianus dorsalis medulla spinalis dan permukaan sebelah dalam
aracnoidea. Ligamentum denticulatum juga dapat dianggap sebagi perluasan pia
meter yang terbentang antara permukaan lateral medulla spinalis dan kearah
lateral melekat pada permukaan sebelah dalam arachoidea dengan perantara
titik-titik perlekatan yang terletak di antara pangkal-pangkal radices n.
Spinalis yang berdekatan.
Pada
tubuh dewasa, panjang medulla spinalis adalah sekitar 43 sentimeter. Pada masa
kehidupan intrauterina usia 3 bulan, panjang medulla spinalis sama dengan
panjang canalis vertebralis, sedang dalam masa-masa berikutnya terjadi suatu
perbedaan kecepatan pertumbuhan memnjang, canalis vertebralis tumbuh lebih
cepat dari pada medulla spinalis, sehingga ujung caudal medulla spinalis
berangsur-angsur terletak pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi. Pada masa
kehidupan intrauterina usia 6 bulan, ujung caudal corpus vertebrae lumbalis
III; pada saat lahir ujung tersebut sudah terletak setinggi tepi caudal corpus
vertebrae lumbalis II. Pada usia dewasa, ujung caudal medulla spinalis biasanya
terletak setinggi tepi cranial corpus vertebrae lumbinalis I dan II. Posisi
ujung caudal medulla spinalis ini dapat menunjukkan variasi satu corpus
vertebrae ke arah cranial atau caudal.
Perbedaan
panjang antara medulla spinalis dan canalis vertebrae ini mempunyai makna dalam
dua hal, sebagai:
•
Pembentukan cauda equeina. Pada
tinggkat manapun sekmen-sekmen medulla spinalis terletak radices nervispinalis
selalu akan kluar dari canalis vertebralis melalui vronamina intervertebralia
yang sesuai didaerah servikal bagian kranial redices tersebut berjalan keluar
secara hampir horisontal, akan tetapi makin kearah tingkat-tingkat yang lebih
caudal, radices nervi lumbales bagian caudal dan radices nervi sacralis praktis
berjalan secara vertikal kearah caudal untuk beberapa saat sebelum mereka dapat
mencapai foreminal intervertebralia yang sesuai, yang terletak beberapa sekmen
di sebelah caudal tempat radices tersebut keluar dari permukaan medulla
spinalis. Oleh karena itu caudal equena merupakan struktur yang terdiri atas
radices nervi lumbalis bagian caudal dan radices nervi sacralis disebelah
caudal conus medularis. Conus medularis merupakan bagian paling caudal medulla
spinalis yang berbentuk krucut dan terutama terdiri dari atas segmen-segmen
sacral medulla spinalis.
•
Punksi lumbal. Kearah caudal cavitas
subarachnoidealis akan berakhir setinggi segmen sacral II atau III columna
vertebralis jadi pada orang dewasa setinggi antara tepi caudal corvus vertebrae
lumbalis I dan corpus vertebrae sacralis II atau III tidak lagi terdapat
medulla spinlis, akan tetapi bhanya terdapat caudal equina yang terapung-apung
di dalam liquor cerebrospinalis di dalam suatu ruangan subrachnoidal yang luas.
Dari daerah inilah liquor cerebrospinalis itu dapat diambil melalui sesuatu tindakan
yang disebut punksi lumbal untuk kepentingkan diagnostik atau pengobatan. Pada
tindakan ini jarum punksi biasanya ditusukkan ke dalam cavitas subrachnoidealis
menembus ligamentum flavum yang terbentang antara vertebrae lumbales III dan IV
(atau vertebrae lumbales IV dan V). Dalam tindakan ini caudal equina biasanya
tidak mengalami cedera, oleh karena ia terapung-apung secara agak bebas didalam
eliquor serebrospinalis, dan ketika jarum punksi mencapai ruangan subara
chnoidal tersebut, radices nervispinalis terdesak ke samping.
•
Sirkulasi Peredaran Darah Otak
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak
diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Dan dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan
dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria
karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk
ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi
arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah
pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia,
kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus
frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks
motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis,
parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria
subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu
membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi
otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri
serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi
medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri
serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon,
sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ
vestibular.
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui
venula-venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus
duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena
ekstrakranial..
•
Fisiologi Otak
Sistem
karotis terutama melayani hemisfer otak dan sistem vertebrabasilaris
terutamamemberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian posterior
hemisfer. Aliran darah diotak (ADO) dipengaruhi terutama oleh 3 faktor.
•
Tekanan untuk memompa darah dari sistem
arteri kapiler ke sistem vena
•
Tahanan (perifer) pembuluh
darah otak
•
Viskositas dan koagulobilitasnya
(kemampuan untuk membeku).
Dari
faktor pertama, yang penting adalah tekanan darah sistemik (faktor
jantung,darah, pembuluh darah dan lain-lain) dan faktor kemampuan khusus
pembuluh darah otak (arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik
naik dan berdilatasi bila tekanandarah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem
arteriol otak ini disebut daya otoregulasi pembuluh darah otak yang berfungsi
normal bila tekanan sistolik antara 50 – 150 mmHg.Faktor darah, selain
viskositas darah dan daya membekunya, juga diantaranya sepertikadar/tekanan
parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap diameter arteriol.
Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta suasana
jaringan yang asam ( pH rendah ),menyebabkan vasodilatasi, sebaiknya bila
tekanan parsial CO2 turun, PO2 naik, atausuasana pH tinggi, maka terjadi
vasokontriksi. Viskositas/kekentalan darah yang tinggimengurangi ADO. Sedangkan
koagulobilitas yang besar juga memudahkan terjadinyatrombosis dan aliran darah
lambat, akibat ADO yang menurun. .( Harsono, 1996 : 82-83)
BAB
III
PEMBAHASAN
STROKE
•
Definisi
Stroke atau cedera
cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
Stroke adalah sindrom klinis yang awal
timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau
global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,
dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik
(Mansjoer, 2000).
Menurut Price & Wilson (2006)
pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi
akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri
otak.
Dari beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian stroke
adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau
penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan
serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara
mendadak.
•
Klasifikasi
Stroke
Stroke
diklasifikasikan menjadi dua :
•
Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan
peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan
kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala,
mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan).(Wanhari,
2008).
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
•
Stroke
Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
•
Stroke
Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
•
Hipoperfusion
Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung.
Pada stroke iskemik, penyumbatan
bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.
Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri
vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam
pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam
keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa
terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat
arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari
tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini
disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak)
yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan
jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung
(terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak
terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran
darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi
menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan
(misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak
dan menyebabkan stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan.
Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal
ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera
atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
•
Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak
yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan
subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat,
nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari,
2008).
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
•
Hemoragik
Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
•
Hemoragik
Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Pada stroke hemorragik, pembuluh
darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke
dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus stroke
hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
•
Etiologi
Menurut
Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
•
Thrombosis yaitu bekuan darah di
dalam pembuluh darah otak atau leher.
•
Embolisme serebral yaitu bekuan
darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
•
Iskemia yaitu penurunan aliran darah
ke area otak
•
Hemoragi serebral yaitu pecahnya
pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang
sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka
terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara
atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.
Faktor
resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
•
Yang tidak dapat diubah: usia, jenis
kelamin, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung koroner, dan
fibrilasi atrium.
•
Yang dapat diubah: hipertensi,
diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral,
dan hematokrit meningkat.
•
Hipertensi
Dapat disebabkan
oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya
pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah
serebral.
2)
Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya
kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti
oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat
menimbulkan perdarahan.
3)
Kelainn jantung
Kerusakan
kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke
otak
4)
Diabetes melitus
Pada
diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah
kususnya serebral
5)
Usia lanjut
Pada usia
lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak
6)
Polocitemia
Pada polocitemia
viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak
menurun
7)
Peningkatan kolesterol
Kolesterol
yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak
8)
Obesitas
Pada
obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga
dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
9)
Perokok
Pada
perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis
10)
Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas
fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah.
(pembuluh darah menjadi kaku)
•
Patofisiologi
Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat,
aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian
menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding
pembuluh darah oleh emboli.
Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila
berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau
ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak
ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
•
Manifestasi
Klinik
•
Defisit lapang penglihatan
•
Kehilangan penglihatan perifer :
kesulitan melihat pada malam hari
•
Diplopia : penglihatan ganda
•
Defisite motorik
•
Hemiparesis : kelemahan
wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama
•
Hemiplegia : paralisis wajah, lengan
dan kaki
•
Ataksia : berjalan tidak mantap
•
Disartria : kesulitan dalam
membentuk kata
•
Defisit sensori
•
Kebas dan semutan pada bagian tubuh
•
Defisit verbal
•
Afasia ekspresif : tidak mampu
membetuk kata yang dapat dipahami
•
Afasia reseptif : tidak mampu
memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal.
•
Afasia global : kombinasi afasia
ekspresif dan afasi resptif
•
Defisit kognitif
•
Kehilangan memori jangka pendek dan
panjang
•
Kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi
•
Perubahan penilaian
•
Defisit emosional
•
Kehilangan kontrol diri
•
Labilitas emosional
•
Penurunan tpleransi pada situasi
yang menimbulkan stres
•
Depresi
•
Menarik diri
•
Rasa takut, bermusuhan dan marah
•
Pemeriksaan
Penunjang
•
Pemeriksaan
radiologi :
•
Head CT Scan
Pada stroke non hemorhargi terlihat adanya infark sedangkan
pada stroke haemorhargi terlihat perdarahan.
•
Elektrokardiografi (EKG)
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan
dalam suplai darah ke otak.
•
Elektro Encephalo Grafi
Mengidentifikasi masalah berdasarkan gelombang otak,
menunjukkan area lokasi secara spesifik.
•
Angiografi cerebral
Pada cerebral angiografi membantu secara spesifik penyebab
stroke seperti perdarahan atau obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat
letak
oklusi atau ruptur.
oklusi atau ruptur.
•
Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, haemorhargi,
Malformasi Arterior Vena (MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibanding CT
Scan.
•
Ultrasonografi dopler
Mengidentifikasi penyakit Malformasi Arterior Vena .
•
X-Ray kepala
Menurut Wibowo (1991), pemeriksaan X-Ray kepala dapat
menunjukkan
perubahan pada glandula peneal pada sisi yang berlawanan dari massa yang
meluas, klasifikasi karotis internal yang dapat dilihat pada trombosis cerebral,
klasifikasi parsial pada dinding aneurisme pada perdarahan subarachnoid
perubahan pada glandula peneal pada sisi yang berlawanan dari massa yang
meluas, klasifikasi karotis internal yang dapat dilihat pada trombosis cerebral,
klasifikasi parsial pada dinding aneurisme pada perdarahan subarachnoid
•
Foto thorax
Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
•
Pemeriksaan
laboratorium :
•
Pemeriksaan lumbal pungsi
Pada pemeriksaan pungsi lumbal untuk pemeriksaan diagnostik
diperiksa kimia sitologi, mikrobiologi, virologi . Disamping itu dilihat pula
tetesan cairan cerebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya,
warna dan tekanan yang menggambarkan proses terjadi di intra spinal. Pada
stroke non hemorargi akan ditemukan tekanan normal dari cairan cerebrospinal jernih.
Pemeriksaan pungsi cisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi
lumbal. Prosedur ini dilakukan dengan supervisi neurolog yang telah
berpengalaman.
•
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan darah,
jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal dan mekanisme pembekuan
darah. Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai
250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. Pemeriksaan
darah lengkap juga dapat digunakan untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
•
Penentu
Kadar Fibrinogen Plasma
Variasi geografis mungkin ikut menentukan kadar fibrinogen.
Orang Jepang mempunyai kadar fibrinogen yang lebih rendah dari pada orang
Kaukasus di Amerika Serikat). Kadar fibrinogen juga meningkat sesuai dengan
meningkatnya umur. Pada perokok ditemukan kadar fibrinogen lebih tinggi dari
pada bukan perokok; dan penghentian merokok dapat menurunkan kadar fibrinogen
tetapi memerlukan waktu 5 tahun
sampai kadar fibrinogen sama dengan orang yang tidak pernah merokok. Kadar
fibrinogen juga ditemukan lebih tinggi pada wanita, tetapi ada yang mendapatkan
lebih tinggi pada Iaki-laki; pada wanita pengguna pil kontrasepsi, kehamilan,
menopause, dan pengguna terapi pengganti hormon. Pada penderita obesitas,
intoleransi glukosa atau diabetes melitus, kurang latihan. hiperlipidemia.
hipertensi juga ditemukan mempunyai kadar fibrinogen plasma yang tinggi
Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingginya kadar
fibrinogen adalah faktor sosial ekonomi dan pekerjaan. Namun dikatakan
kemungkinan faktor ini berkaitan dengan faktor-faktor lain seperti, merokok,
obesitas, atau kurang latihan. Faktor genetik tampaknya juga berperan, terutama
pada polimorfisme pada gen β. Sedangkan kadar fibrinogen yang rendah dapat
ditemukan pada peminum alkohol, pembawa virus hepatitis B, atau penderita
sirosis hati
Tabel 1 : Kemungkinan Penentu Kadar Fibrinogen
Kadar Fibrinogen Tinggi
|
Kadar Fibrinogen Rendah
|
Kulit
hitamLaki-lakiUmur tua
Obesitas
Kolesterol
total tinggi
Menopause
Kelas
ekonomi rendah
Kurang
latihan
Pemakai
pi1 kontrasepsi
Hitung
leukosit tinggi
Stres
Diet
tinggi karbohidrat
|
Kulit
putihWanitaKonsumsi alkohol teratur
Latihan
fisik teratur
Pengganti
hormon post menopause
Diet
tinggi n-6 atau n-3 asam-lemak tak jenuh ganda
|
•
Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksanaan
stroke terdiri atas:
•
Penatalaksanaan stroke iskemik,
dibedakan pada fase akut dan fase pasca akut
•
Pada fase akut, sasaran pengobatan
adalah untuk menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati dan agar
proses patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu fungsi otak. Tindakan
dan obat yang diberikan harus menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup.
Memantau jalan nafas, fungsi pernafasan dan sirkulasi serta penggunaan obat
untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang menderita. (asetosal,
neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat hemoragik)
•
Pada fase pasca akut, sasaran
pengobatan dititik beratkan pada tindakan rehabilitasi penderita dengan fisioterapi.
Terapi wicara dan psikoterapi serta pencegahan terulangnya stroke dengan jalan
mengobati dan menghindari faktor risiko stroke.
•
Penatalaksanaan stroke hemoragik
Mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan,
menurunkan TIK yang tinggi.
Penderita biasanya berada dalam keadaan koma, maka
pengobatan dibagi dalam pengobatan umum dan pengobatan spesifik.
•
Pengobatan umum, dengan
memperhatikan jalan nafas dan pernafasan, menjaga tekanan darah, mencegah
terjadinya edema otak, memperhatikan balans cairan serta memperhatikan fungsi
ginjal dan pencernaan.
•
Pengobatan spesifik, dengan
pengobatan kausal yaitu pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan
hemostasis, misalnya dengan menggunakan asam traneksamat. Untuk stroke
hemoragik dengan perdarahan subaraknoidal, setelah lewat masa akut, dianjurkan
angiografi untuk mencari lesi sumber perdarahan, bila ditemukan maka bisa
dilakukan operasi bedah saraf.
•
Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002)
adalah:
•
Hipoksia serebral
Diminimalkan dengan memberi
oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan
oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan
mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan
membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
•
Penurunan aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan
intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran
darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
•
Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard
atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.
Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan
aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak
konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
•
Asuhan
Keperawatan
•
Pengkajian
•
Identitas
Nama : Tn. I
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Usia : 75 th
•
Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan klien pingsan sudah 20 menit.
•
Riwayat Kesehatan
•
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien
mengatakan “ klien pernah dirawat karena stroke 3 tahun yang lalu dan kaki kiri
klien menjadi lemah.”
•
Riwayat penyakit sekarang
Klien
mengatakan “ klien pusing sudah 2 hari, riwayat hipertensi dan sakit gula.”
•
Pemeriksaan Fisik
•
Keadaan umum : umunya
mengalami penurunan kesadaran
•
Body sistem
(pernafasan) :
biasanya terdengan ronki/mengi
•
Sistem neurologi
(pemeriksaan motorik) :
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan
pada stu sisa tubuh.
(pemeriksaan sensorik) :
Dapat terjadi sensibilitas pada satu/ lebih anggota
Tubuh.
(pemeriksaan reflek) : penurunan respon tubuh terhadap
rangsangan.
(sistem perkemihan) : Terjadi perubahan pola berkemih
seperti inkontinental
urin, anuria
distensi kadang kemih berlebihan.
(sistem ganguan tract) : Pada
pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat dari penurunan paristaltik
usus.
(sistem uskuleskeletal) : Biasanya terjadi kejang otot / nyeri
otot, bisa
terjadi clecubitus jika bedrest
yang cukup lama. Kesukaran untuk
beraktifitas karena kelemahan.
•
Data
Fokus
No.
|
Data
Subjektif
|
Data
Objektif
|
1.
|
• Klien
mengeluh pusing sejak 2 hari
• Keluarga
klien mengatakan klien punya riwayat hipertensi dan sakit gula
• Klien
mengatakan pernah sakit stroke 3 tahun lalu
• Klien
mengatakan kaki kirinya menjadi lemah
• Klien
mengatakan merokok 1 bungkus/hari
• Klien mengatakan sulit untuk berbicara
• Klien
mengatakan BBnya turun dari 70kg menjadi 65kg.
• Klien
mengatakan sulit untuk menggerakan tubuhnya
• Klien
megatakan tidak tahu bagaimana mengatasi penyakitnya.
• Klien
mengatakan sulit untuk bernafas.
|
• bibir
asimetris
• Hemiparese siniatra (+)
Data
Tambahan :
• Klien tampak gelisah
• Penurunan kesadaran
• Penurunan
dalam rasa dan reflek
• Hasil
CT Scan terdapat thrombosis pada
hemisfer kanan
• TD : 190/100 mmHg
• ND
: 100 x/menit
• RR
: 28 x/menit
• Klien tampak sulit berbicara (disartria)
• Klien
tampak pucat
• Klien
tampak dibantu dalam melakukan aktifitasnya.
• Terdapat lesi di bagian kaki kiri (luka
tekan)
• Ketidakmampuan menghasilkan komunikasi
tertulis.
• Konjungtifa anemis
• Mual , muntah
• Hasil LAB
albumin = 2,5 g/dl ,, Hb = 8 gr/%
• Klien
tampak lemah
• Klien
terlihat bingung dan cemas
• Bunyi nafas ronchi
• Terjadinya
komplikasi yang tidak dapat
dicegah.
• Klien
tampak meminta informasi
• Sesak
napas
|
•
Analisa
Data
No.
|
Data
Fokus
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
Ds
: Klien mengeluh pusing
Klien
mengatakan merokok 1 bungkus/hari
Keluarga
klien mengatakan klien punya riwayat hipertensi dan sakit gula
Do
: Klien tampak pucat
Klien
tampak gelisah
Penurunan
kesadaran
Penurunan
dalam rasa dan reflek
Hasil
CT Scan terdapat thrombosis pada
hemisfer kanan
TD : 190/100 mmHg
ND
: 100 x/menit
RR
: 28 x/menit
|
Perubahan
perfusi jaringan :serebral
|
interupsi
aliran darah : ganguan oklusif, hemoragi.
|
2.
|
DS:
klien mengatakan sulit untuk bernapas.
Do:
ND
: 100 x/menit
RR
: 28 x/menit
Bunyi
nafas ronchi
Sesak
nafas.
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif
|
penumpukan
sputum (karena kelemahan neuromuskuler pernafasan, hilangnya reflek batuk)
|
3.
|
DS
:
Klien mengatakan kaki kirinya
menjadi lemah
Do:
Hemiparese siniatra (+).
Hasil
CT Scan terdapat thrombosis pada
hemisfer kanan.
Klien
tampak dibantu dalam melakukan aktifitasnya.
Terdapat
lesi di bagian kaki kiri (luka tekan).
|
Kerusakan
mobilitas fisik
|
keterlibatan
neuromuskuler : kelemahan.
|
4.
|
Ds
: Klien mengatakan sulit untuk berbicara
Do
: bibir asimetris,
Klien
tampak sulit berbicara (disartria),
Ketidakmampuan
menghasilkan komunikasi tertulis.
|
Kerusakan
komunikasi verbal dan/atau (tertulis)
|
kerusakan
sirkulasi serebral : kerusakan neuromuskuler, kehilanagan tonus/ control otot
fasial/oral.
|
5.
|
Ds
: Klien mengatakan BBnya turun dari 70kg menjadi 65kg.
Do
:
Klien
tampak pucat,
Hasil
LAB albumin = 2,5 g/dl
,, Hb = 8 gr/%,
Mual
, muntah.
Konjungtifa
anemis.
|
gangguan pemenuhan nutrisi dari kebutuhan
|
koordinasi
otot untuk menelan makanan menurun.
|
6.
|
Ds
:
Klien
mengatakan sulit untuk menggerakan tubuhnya
Do:
Hemiparese
siniatra (+)
Penurunan
kesadaran
TD
: 190/100 mmHg
ND
: 100 x/menit
RR
: 28 x/menit
Klien
tampak dibantu dalam melakukan aktifitasnya.
Klien
tampak lemah
|
Kurang
perawatan diri
|
kerusakan
neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan
control/koordinasi otot.
|
7.
|
Ds:
Klien megatakan tidak tahu bagaimana mengatasi
penyakitnya.
Klien
mengatakan ketidakakuratan mengikuti instruksi
Do:
Klien terlihat bingung dan cemas terhadap penyakitnya.
Klien
tampak gelisah.
Klien
tampak meminta informasi ,
Terjadinya
komplikasi yang tidak dapat dicegah.
|
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan
|
keterbatasan
kognitif, kesalahan interpretasi informasi
|
•
Diagnosa
Keperawatan
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tanggal
ditemukan
|
Tanggal
Teratasi
|
1.
|
Perubahan
perfusi jaringan :serebral b.d interupsi aliran darah : ganguan oklusif,
hemoragi.
|
||
2.
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum (karena kelemahan
neuromuskuler pernafasan, hilangnya reflek batuk)
|
||
3.
|
Kerusakan
mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler : kelemahan.
|
||
4.
|
Kerusakan
komunikasi verbal dan/atau (tertulis) b.d kerusakan sirkulasi serebral :
kerusakan neuromuskuler, kehilanagan tonus/ control otot fasial/oral.
|
||
5.
|
gangguan
pemenuhan nutrisi dari kebutuhan b.d koordinasi otot untuk menelan
makanan menurun.
|
||
6.
|
Kurang
perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan,
kehilangan control/koordinasi otot.
|
||
7.
|
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan b.d keterbatasan kognitif,
kesalahan interpretasi informasi
|
•
Intervensi
Keperawatan
No
Dx.
|
Tujuan
Tindakan Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien diharapkan : tingkat
kesadarannya membaik (GCS meningkat)
Tidak
gelisah
TTV
stabil : TD = 130/90 mmHg. ND = 80x/menit. RR= 20x/menit
Fungsi
kognitif dan motoriknya membaik
TIK
normal
|
•
Pantau status neurologis sesering
mungkin dan bandingkan dengan keadaaan normalnya/standar.
•
Pantau tanda-tanda vital seperti
catat : ~Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang terbaca
pada kedua lengan.
~Catat pola dan irama pernafasan.
Kaji
fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti
fungsi bicara jika pasien sadar
~Letakkan
kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral).
Kolaborasi:
•
Beri O2 sesuai
indikasi.
•
Beri obat sesuai indikasi :
~antikoagulasi, seperti natrium
warfarin (caumadin), heparin.
~ antihipertensi
• Pantau
pemeriksaan LAB sesuai indikasi, seperti masa protombin, kadar dilantin.
|
• Mengetahui
kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui
likasi, luas, dan kemajuan/resolusi kerusakan
SSP. Dapat menunjukkan TIA yang merupakan tanda terjadinya thrombosis
CVS baru.
• Variasi mungkin terjadi oleh karena
tekanan/trauma serebral pada aderah vasomotor otak. Hipertensi atau
hipotensi dapat menjadi factor
pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok (kolaps sirkulasi vaskuler).
Peningkatan TIK dapat terjadi (karena edema, Adanya faktormasi bekuan darah.
Tersumbatnya arteri subklavia dapat dinyatakan dengan Adanya perbedaan
tekanan pada kedua lengan.
~Ketidakteraturan pernafasan dapat
memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral/peningkatan TIK dan kebutuhan
untuk intervensi selanjutnya termasuk kemungkinan perlunya dukungan terhadap
pernafasan.
~ Perubahan dalam isi kognitif dan
bicara merupakan indicator dari lokasi/ derajat gangguan serebral dan mungkin
mengindikasikan penurunan/peningkatan TIK.
~ menurunkan tekanan arteri dengan
meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.
• Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya edema.
~
dapat digunakan untuk meningkatkan/memperbaiki aliran darah serebral dan
selanjutnya dapat mencegah pembekuan saat embolus/thrombus merupakan factor
masalahnya. Merupakan kontraindikasi pada pasien dengan hipertensi sebagai
akibat dari peningkatan risiko perdarahan.
~
hipertensi lama/kronis memerlukan penanganan yang hati-hati, sebab penanganan
yang berlebihan meningkatkan risiko terjadinya perluasan kerusakan jaringan.
• Memberikan
informasi tentang keefektifan pengobatan/ kadar terapeutik.
|
2.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Bunyi
nafas vesikuler
RR
normal (20x/menit)
Tidak
ada tanda-tanda sianosis dan pucat
Tidak
ada sputum
|
•
Auskultasi suara napas, catat
Adanya suara ronki/mengi.
•
Lakukan penyedotan sputum dengan
suction.
•
Beri posisi semi fowler
Kolaborasi :
Pantau hasil analisa gas darah (melalui
grafik kalau ada) atau oksimetri nadi.
|
•
Menandakan Adanya akumulasi
secret/pembersiahan jalan napas yang tidak efektif.
•
Suction dapat mengurangi akumulasi
secret di saluran pernafasan.
•
Posisi semi fowler membantu dalam
bernapas.
Memantau keefektifan pola
napas/terapi.
|
3.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Mempertahankan
posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan tidak Adanya footdrop
Integritas
kulit baik
Mempertahankan/meningkatkan
kekuatan dan fungsi bagiantubuh yang terkena.
Kontraksi
otot membaik
|
• Ubah
posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan sebagainya dan jika
memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang
terganggu.
• Sokong
ekstermitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki (foot board)
selama periode paralisis flaksid. Pertahankan posisi kepala netral.
• Mulailah melakukan latihan rentang gerak
aktif dan pasif pada semua ekstermitas saat masuk. Anjurkan melakukan latihan
seperti latihan meremas bola karet, melebarkan jari-jari kaki/telapak.
Kolaborasi :
• Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara
aktif, dan ambulasi pasien.
• Berikan obat relaksan otot, antispasmodic
sesuai indikasi, seperti baklofen, dantrolen.
|
• Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia
jaringan . Daerah yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih
jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan kerusakan pada
kulit/dekubitus.
• Mencegah kontraktur/footdrp dan
menfasilitasi kegunaanya jika berfungsi kembali. Paralisis flakdis dapat
mengganggu kemampuan untuk menyanggah kepala, dilain pihak paralis spstik
dapat mengarah pada deviasi kepala ke salah satu sisi.
• Meminimalkan
atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur. Menurunkan
resiko osteoporosis jika masalah utamanya perdarahan. Catatan : stimulasi berlebihan dapat menjadi pencetus Adanya
perdarahan berulang
• Program yang khusus dapat dikembangkan untuk
menemukan kebutuhan yang berarti/menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi dan kekuatan.
• Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
spstisitas pada ekstermitas yang terganggu.
|
4.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Dapat
mengekspresikan perasaan.
Memahami
maksud dan pembicaraan orang lain.
Pembicaraan
pasien dapat dipahami.
|
• Kaji
tipe/derajat, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami
kesulitan berbicara/membuat pengertian sendiri.
• Bedakan
antara afasia dengan disartria.
• Berikan
metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar.
Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar,daftar kebutuhan,
demonstrasi).
Kolaborasi:
• Konsultasikan
dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.
|
• Membantu
menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam beberapa /seluruh tahap proses komunikasi.
• Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe
kerusakannya. Afasia adalah gangguan dalam menggunakan symbol-simbol bahasa
dan mungkin melibatkan komponen sensorik dan/atau motorik, seperti
ketidakmampuan untuk memahami tulisan/ucapan atau menulis kata, membuat
tanda, berbicara. Seorang disartria dapat memahami, membaca, dan menulis
bahasa tetapi mengalami kesulitan membentuk/mengucapkan kata sehubungan
dengan kelemahan dan paralisis dari otot-otot daerah oral.
• Memberikan komunikasi tentang kebutuhan
berdasarkan keadaan/deficit yang mendasari.
• Pengkajian secara individual kemampuan
bicara dan sensorik, motorik, dan kognitif berfungsi untuk
mengidentifikasikan kekurangan/kebutuhan terapi.
|
5.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Mual
(-), muntah (-)
Konjugtifa
ananemis
Klien
tampak segar
Hb
13 gr/%, albumin 3,5 g/dl
BB
stabil.
|
•
Tinjau ulang patologi/kemampuan menelan
pasien secara individual, catat gangguan lidah, kemampuan untuk melindungi
jalan napas. Timbang BB secara teratur sesuai kebutuhan.
Tingkatkan upaya untuk dapat
melakukan proses menelan yang efektif, seperti :
~ bantu pasien dengan mengontrol
kepala.
• Letakkan
pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah makan.
• Stimulasi
bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan di
atas bibir/di bawah dagu jika dibutuhkan.
• Anjurkan
makan selagi hangat.
Kolaborasi
:
Konsultasi oleh
ahli gizi untuk asupan gizi yang baik
|
• Intervensi
nutrisi/pilihan rute makan ditentukan oleh factor-faktor ini.
~
menetralkan hiperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan meningkatkan
kemampuan untuk menelan.
•
Menggunakan gravitasi untuk memudahkan
proses menelan dan menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
•
Membantu dan melatih kembali sensori dan
meningkatkan control muskuler.
•
Meningkatkan nafsu makan dan mencegah mual.
Ahli
gizi dapat memberikan saran untuk asupan gizi bagi pasien stroke.
|
6.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Dapat
melakukan perawatan diri sesuai kemampuan,
Mendemonstrasikan
perubahan pola hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
|
• Kaji
kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.
• Berikan umpan balik yang positif untuk
setiap usaha yang dilakukan/ keberhasilannya.
• Gunakan
alat bantu pribadi, seperti kombinasi sikat tangkai panjang, tangkai panjang
untuk mengambil sesuatu dari lantai ; kursi mandi pancuran, kloset duduk yang
agak tinggi.
Kolaborasi
:
Konsultasikan
dengan ahli fisioterapi/ahli terapi okupasi.
|
•
Membantu dalam
mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
•
Meningkatkan perasaan makna diri.
Meningkatkan kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha secara continue.
•
Pasien dapat menangani diri
sendiri, meningkatkan kemandirian dan harga diri.
Memberikan bantuan yang mantap
untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus.
|
7.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Meminta
informasi,
Berpartisipasi
dalam proses belajar,
Mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi dan aturan terapeutik,
Memulai
perubahan gaya hidup yang diperlukan.
|
• Tinjau
ulang keterbatasan saat ini dan diskusikan rencana/ kemungkinan melakukan
kembali aktifitas (termasuk hubungan seksual).
• Diskusikan
rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
• Identifikasi
factor-faktor risiko secara individual (seperti hipertensi, kegemukan,
merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral) dan perubahan pola
hidup yang penting.
• Rujuk
pada perencanaan pemulihan/pengawasan perawatan di rumah dengan mengunjungi
perawat.
|
•
Meningkatkan pemahaman, memberikan
harapan pada masa datang dan menimbulkan harapan dari keterbatasan hidup
secara “normal”.
•
Berbagai tingkat bantuan mungkin
diperlukan/perlu direncanakan berdasarkan pada kebutuhan secara individual.
•
Meningkatkan kesehatan secara umum
dan menurunkan risiko kambuh.
•
Lingkungan rumah mungkin memerlukan
evaluasi dan modifikasi untuk memenuhi kebutuhan individu.
|
BAB
IV
PENUTUP
Stroke
merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yangdapat berakibat
pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologistroke berlangsung
secara progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringanhingga dapat
menyebabkan kematian. Secara garis besar, stroke dibagi menjadistroke iskemik
(karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik(karena pecahnya
pembuluh darah) yang memiliki gejala bervariasi sesuaidaerah yang
terserang.Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat
mendukungperkembangan stroke yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor
resiko yangtidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter, dan ras)
dan yang dapatdimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan gaya hidup).
Pencegahanpenyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko
yang dapatdimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi
makananyang disesuaikan dengan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar