ASKEP KOMUNITAS HYPERTENSI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Konsep
Keluarga
1. Definisi keluarga
menurut Wahid Iqbal Mubarak dkk ( 2006 ).
Pengetian keluarga menurut beberapa ahli yaitu :
a Menurut
Duval, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan memperthankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social
dari tiap anggota.
b Menurut WHO
( 1969 ), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
c Menurut
Bergess ( 1962 ), keluarga adalah ;
1) Terdiri dari sekelompok
orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan / hubungan sedarah atau hasil
adopsi.
2) Anggota tinggal bersama
dalam satu rumah.
3) Anggota berinteraksi dan
berkomunikasi dalam peran social.
4) Mempunyai kebiasaan /
kebudayaan yang berasal dari masyarakat tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
d Menurut
Helvie ( 1981 ) keluarga adalah sekompok manusia yang tinggal dalam satu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
e Menurut
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya ( 1989 ) keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan didalam perangnya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan budaya.
f Menurut
Departemen Kesehatan R.I ( 1998 ) keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu atap dalam keadaan saling bergantungan.
Dari pengertian tersebut diatas menunjukkan keluarga maka
dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a Terdiri
dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
b Anggota
keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain.
c Anggota
keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing masing mempunyai peran social
suami, istri, anak, kakak dan adik.
d Mempunyai
tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan social anggota.
2. Struktur keluarga
a. Struktur
keluarga ada bermacam macam di antaranya adalah :
1) Patrilineal adalah
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dan sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal adalah
keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal adalah
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal adalah
sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5) Keluarga kawinan
adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri
b. Struktur peran.
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri / suami
atau anak.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pada perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari isteri dan anak – anaknya,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peranan Ibu
Sebagai isteri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu
merupakan peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak - anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu
juga sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peranan anak
Anak – anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Nasrul
Effendy, 1998 ).
c. Struktur
kekuatan keluarga
Kekuatan adalah kemampuan, baik kemampuan potensial maupun
aktual dari seorang individu untuk mengontrol, mempengaruhi
dan mengubah tingkah laku seseorang. Tipe struktur kekuatan yaitu legitimate
pawer authority, refent power, effectif power.
d. Nilai – nilai keluarga
Nilai
merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak
mempersatukan anggota keluarga dalam suatu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan norma.
Nilai
keluarga adalah sebagai suatu sistem ide, sikap dan kepercayaan tentang nilai
suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar, mengikat
bersama – sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim. (
Marilyn M. Friedman, 1998, hal 325 ).
3. Tipe / bentuk keluarga
a Keluarga
inti (nuclear family ), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak – anak
b Keluarga
besar (Extanded Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan saudara, sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c Keluarga
berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
d Keluarga
duda / janda (single family), keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
e Keluarga
berkomposisi (composite), adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama.
f Keluarga
kabitas (cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga. (Nasrul Effendy, 1998, hal 33 - 34 ).
4. Fungsi keluarga
a Fungsi
efektif
Berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi efektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari suatu anggota keluarga. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi efektif adalah :
1) Saling mengasuh cinta
kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antara anggota keluarga.
2) Saling menghargai.
3) Ikatan dan
identifikasi.
b Fungsi
sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Sosialisasi ini dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, dimana anggota keluarga belajar
disiplin, belajar tentang norma – norma budaya dan perilaku melalui hubungan
dan interaksi dalam keluarga.
c Fungsi
perawatan kesehatan
Keluarga
juga befungsi untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan yaitu mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dinilai dari tugas kesehatan keluarga yaitu :
1) Mengenal masalah
kesehatan.
2) Membuat keputusan
tindakan kesehatan yang tepat
3) Memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan
hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.
d Fungsi
reproduksi
Keluarga
berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol
e Fungsi
ekonomi
1) Merupakan fungsi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan
akan makanan, pakaian dan tempat berlindung ( ekonomi ).
2) Pengaturan pengunaan,
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk
memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang, misalnya
pendidikan anak - anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
f Fungsi
pendidikan
1) Menyekolahkan anak
untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan memberi prilaku anak sesuai
dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya dalam sebagai
orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai
dengan tingkat – tingkat perkembangannya.
Dari berbagai fungsi diatas ada tiga fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluargannya, adalah :
a Asih,
adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota
keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia
kebutuhannya.
b Asuh,
adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatnya selalu
terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak – anak yang sehat baik
fisik, mental, sosial dan spritual.
c Asah,
adalah memenuhi kebutuhan anak , sehingga siap menjadi manusia dewasa yang
mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
5. Tahap – tahap
perkembangan keluarga
Tahap
– tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a Tahap
pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam
membentuk rumah tangga.
b Tahap
menjelang kelahiran anak.
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan
sebagai
generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi
keluarga merupakan saat yang sangat yang dinantikan.
c Tahap
menghadapi bayi.
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan mendirikan
kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat
tergantung kepada orang tuannya. Dan kondisinya masih sangat lama.
d Tahap
menghadapi anak pra sekolah.
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan
sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam
masalah kesehatan, karena, tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang
bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan
tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma – norma kehidupan, norma – norma
agama, norma – norma sosial budaya dan sebagainya.
e Tahap
menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik
anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak
belajar secara teratur, mengontrol tugas – tugas sekolah anak, dan meningkatkan
pengetahuan umum anak
f Tahap
menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap
ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh
karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan
saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
g Tahap melepaskan
anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat
menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke
masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya dalam tahap ini anak
akan memulai kehidupan berumah tangga.
h Tahap
berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri –
sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan
merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan
depresi dan stress.
i Tahap
masa tua.
Tahap ini masuk kedalam tahap lanjut usia, dan kedua orang
tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini (Nasrul Effendy,
1998 )
B. Tinjauan Umum Tentang Konsep
asuhan Keperawatan Keluarga
1. Defenisi.
Keperawatan
kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan
sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana / penyalur, (Salvicion
G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1978).
2. Tujuan perawatan
kesehatan keluarga
a Tujuan
umum.
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara
kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan.
b Tujuan
khusus.
1) Meningkatkan kemampuan
keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2) Meningkatkan kemampuan
keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3) Meningaktkan kemampuan
keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
para anggotannya.
4) Meningkatkan kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
5) Meningakatkan
produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
3. Peranan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga
Dalam
memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga,ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain adalah :
a Pemberian
asuhan perawatan dan kebutuhan kesehatan keluarga.
b Pengenal /
pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c Coordinator
pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga.
d Fasilitator,
menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat dengan mudah
dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan
jalan pemecahannya.
e Pendidikan
kesehatan, peran dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku
keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.
f Penyuluhan
dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar terhadap keluarga.
4. Hambatan – hambatan
yang sering dihadapi dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga.
Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah :
a Hambatan
dari keluarga :
1) Keadaan ekonomi
keluarga yang rendah..
2) Keterbatasan sumber –
sumber daya keluarga (keuangan, sarana, dan prasarana).
3) Kebiasaan – kebiasaan
yang melekat.
b Hambatan
dari perawat.
1) Sarana dan prasarana
yang tidak menunjang dan mencukupi seperti : transportasi.
2) Kondisi alam
(geografis yang sulit).
3) Kesulitan dalam
berkomunikasi (bahasa).
4) Keterbatasan
pengetahuan perawat tentang kultur keluarga
5. Prinsip – prinsip
perawatan keluarga
Ada
beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah :
a Keluarga
sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
b Dalam
memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.
c Asuhan
keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan
keluarga.
d Dalam
memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta
aktif seluruh keluarga dalam merumuskan maslah dan kebutuhan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya.
e Lebih
mengutamakan kegiatan – kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f Dalam
memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, memamfaatkan sumber daya
keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
g Sasaran
asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah secara keseluruhan.
h Pendekatan
yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses perawatan.
i Kegiatan
utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan
kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar / perawatan dirumah.
j Diutamakan
terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
6. Langkah – langkah
dalam perawatan kesehatan keluarga.
Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa langka yang
harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut :
a Membina
hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga dengan cara :
1) Mengadakan kontak
dengan keluarga.
2) Menyampaikan maksud
dan tujuan serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan mereka.
3) Menyatakan kesediaan
untuk membantu memenuhi kebutuhan - kebutuhan kesehatan
yang dirasakan keluarga.
4) Membina komunikasi dua
arah dengan keluarga
b Melaksanakan
pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.
c Menganalisa
data keluarga untuk menentukan masalah – masalah kesehatan dan perawatan
keluarga.
d Menggolongkan
masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah kesehatan keluarga :
1) Ancaman kesehatan
2) Keadaan sakit atau
kurang sehat.
3) Situasi krisis.
e Menentukan
sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas –
tugas keluarga dalam bidang kesehatan
f Menentukan
/ menyusun asuhan keperawatan kesehatan dan perawatan keluarga, dengan
mempertimbangkan :
1) Sifat masalah
2) Kemungkinan masalah
untuk diubah
3) Potensi menghindari
masalah
4) Persepsi keluarga
terhadap masalah.
g Menyusun
rencana asuhan keperawatan kesehatan dan perawatan keluarga sesuai dengan
urutan prioritas :
1) Menentukan tujuan yang
realistis
2) Merencanakan
pendekatan dan tindakan
3) Menyusun standar dan
kriteria evaluasi.
h Melaksanakan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana yang disusun.
i Melaksanakan
evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.
j Meninjau
kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat teratasi dan
merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.
7. Proses keperawatan
kesehatan keluarga
Proses
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan menuju pada pencapaian
tujuan keluarga. Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses pemecahan
masalah yang sistematis yang digunakan ketika bekerja pada keluarga sebagai
suatu system.
Tahap
– tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan sama lainnya dan bersifat
dinamis, dan disusun secara sistematis untuk mengambarkan perkembangan diri
tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap – tahap sebagai berikut :
a Pengkajian
( assessment ).
Adalah
sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien
( keluarga ) dengan memakai norma – norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang
merupakan system yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya,
dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu perbandingan, suatu ukuran atau
suatu penilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggunakan norma – norma yang
diambil dari kepercayaan, nilai – nilai, prinsip – prinsip, aturan – aturan,
harapan – harapan, teori – teori, konsep – konsep yang berkaitan dengan
permasalahan,
Yang
termasuk dalam tahap ini adalah :
a) Pengumpulan data
b) Analisa data
c) Perumusan masalah
d) Prioritas masalah
e) Menegakkan diagnosa
keperawatan.
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara :
1. Wawancara : yang
berkaitan dengan hal – hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental,
sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainnya.
2. Pengamatan : pengamatan
terhadap – hal – hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah
dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan
lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
3. Studi dokumentasi
: studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya
melalui Kartu Menuju Sehat ( KMS ), kartu keluarga dan catatan – catatan
kesehatan lainnya.
4. Pemeriksaan fisik
: dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik misalnya : kehamilan,
kelainan organ tubuh dan tanda – tanda penyakit.
Data – data yang perlu dikumpulkan meliputi hal – hal
sebagai berikut
a). Identitas keluarga.
b). Riwayat kesehatan keluarga baik
yang sedang dialami maupun yang sudah dialami.
c). Anggota keluarga.
d). Jarak antara lokasi dengan fasilitas
kesehatan masyarakat yang ada.
e). Keadaan keluarga meliputi :
(1) Biologis
(2) Psikologis.
(3) Social.
(4) Kultural.
(5) Spiritual.
(6) Linkungan.
(7) Dan data penunjan lainnya.
2) Analisa data
Didalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan
dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga yaitu :
a). Keadaan kesehatan keluarga yang
normal dari setiap anggota keluarga, meliputi :
(1) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial
anggota keluarga dan sebagainya.
(2) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan
anggota keluarga.
(3) Keadaan gizi anggota keluarga.
(4) Status imunisasi anggota keluarga
(5) Kehamilan dan keluarga berencana
b). Keadaan rumah dan sanitasi
lingkungan, meliputi :
(1) Rumah, meliputi ventilasi, penerangan,
kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga
dan sebagainya.
(2) Sumber air minum.
(3) Jamban keluarga
(4) Tempat pembuanga air limbah
(5) Pemamfaatan pekarangan yang ada dan
sebagainya
c). Karakteristik keluarga :
(1) Sifat – sifat keluarga
(2) Dinamika dalam keluarga
(3) Komunikasi dalam keluarga
(4) Interaksi antar anggota keluarga
(5) Kesanggupan anggota keluarga dalam
membawa perkembangan anggota keluarga
(6) Kebiasaan dan nilai – nilai yang
berlaku dalam keluarga
3) Perumusan masalah
Diambil sesuai dengan penganalisa praktek lapangan yang
didasarkan kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat
dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengembil keputusan.
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
seorang perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan
keperawatan serta berbagai alasan dan ketidakmampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas – tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
4) Tipologi masalah
kesehatan dan keperawatan.
a). Ancaman kesehatan : adalah
keadaan – keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan
kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk ancaman kesehatan,
adalah :
(1) Penyakit keturunan, seperti asma
bronkiale, diabetes mellitus dan sebagainya.
(2) Keluarga / anggota keluarga yang
menderita penyakit menular, seperti TBC, gonore, hepatitis dan sebagainya.
(3) Jumlah anggota keluarga terlalu besar
dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga, seperti anak
terlalu banyak sedangkan penghasilan keluarga kecil.
(4) Risiko terjadi kecelakaan dalam
keluarga, misalnya benda tajam diletakkan disembarangan, tangan rumah terlalu
curam.
(5) Kekurangan atau kelebihan gisi dari
masing – masing anggota keluarga.
(6) Keadaan – keadaan yang dapat
menimbulkan stress, antara lain:
(a) Hubungan keluarga yang tidak
harmonis
(b) Hubungan orang tua dan anak tegang
(c) Orang tua yang tidak dewasa
(7) Sanitasi lingkungan buruk, diantaranya
:
(a) Ventilasi dan penerangan rumah
kurang baik
(b) Tempat pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat.
(c) Tempat pembuangan tinja mencemari
sumber air minum
(d) Sekolah / tempat pembuangan air limbah
yang tidak memenuhi syarat.
(e) Kebisingan
(f) Polusi udara
(8) Kebiasaan – kebiasaan yang merugikan
kesehatan :
(a) Merokok
(b) Minum – minuman keras
(c) Tidak memakai alas kaki
(d) Makan obat tanpa resep
(e) Kebiasaan makan daging mentah
(f) Hygiene personal kurang
(9) Riwayat persalinan sulit
(10) Memainkan peranan yang
tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan peranan ibu karena meninggal, anak
laki – laki memainkan peranan ayah
(11) Imunisasi tidak lengkap
b). Kurang tidak sehat : adalah
kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Yang termasuk didalamnya adalah :
(1) Keadaan sakit. Apakah sesudah atau
sebelum diagnosa.
(2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.
c). Situasi krisis : adalah
saat – saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri
termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam situasi
krisis adalah :
(1) Perkawinan
(2) Kehamilan
(3) Persalinan
(4) Masa nifas
(5) Menjadi orang tua
(6) Penambahan anggota keluarga, misalnya
bayi baru lahir
(7) Abortus
(8) Anak masuk sekolah
(9) Anak remaja
(10) Kehilangan pekerjaan
(11) Kematian anggota keluarga
(12) Pindah rumah
5) Ketidakmampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas – tugas kesehatan dan keperawatan
a). Ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan keluarga berhubungan dengan :
(1) Kurang pengetahuan ketidaktahuan fakta
(2) Rasa takut akibat masalah yang
diketahui
(3) Sikap dan falsafah hidup
b). Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat berhubungan dengan :
(1) Tidak memahami mengenai sifat, berat
dan luasnya masalah
(2) Masalah kesehatan begitu tidak menonjol
(3) Keluarga tidak sanggup memecahkan
masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya sumber daya keluarga
(4) Tidak sanggup memilih tindakan diantara
beberapa pilihan
(5) Ketidakcocokan pendapat dari anggota –
anggota keluarga
(6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan
yang ada
(7) Takut dari akibat tindakan
(8) Sikap negatif terhadap masalah
kesehatan
(9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
(10) Kurang percaya terhadap
petugas dan lembaga kesehatan
(11) Kesalahan informasi
terhadap tindakan yang diharapkan
c). Ketidakmampuan merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan :
(1) Tidak mengetahui keadaan penyakit,
misalnya : sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit gejala dan
perawatanya serta pertumbuhan dan perkembangan anak.
(2) Tidak mengetahui tentang perkembangan
perawatan yang dibutuhkan
(3) Kurang tidak ada fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan
(4) Tidak seimbang sumber – sumber yang
ada dalam keluarga, misalnya : keuangan, anggota keluarga yang
bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk perawatan.
(5) Sikap negatif terhadap yang sakit
(6) Konflik individu dalam keluarga
(7) Sikap dan pandangan hidup
(8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d). Ketidakmampuan memelihara lingkungan
rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga, berhubungan dengan
(1) Sumber – sumber keluarga tidak cukup,
diantaranya keuangan, tanggung jawab / wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak
memenuhi syarat
(2) Kurang dapat melihat keuntungan dan
mamfaat pemeliharaan lingkungan rumah
(3) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
konflik personal dalam keluarga
(4) Konflik personal dalam keluarga
(5) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan
penyakit
(6) Sikap dan pandangan hidup
(7) Ketidakkompakan keluarga, karena sifat
mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota
keluarga yang mempunyai masalah.
e). Ketidakmampuan menggunakan sumber
dimasyarakat guna memelihara kesehatan, berhubungan dengan :
(1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan
itu ada
(2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
(3) Kurang percaya terhadap, petugas
kesehatan dan lembaga kesehatan.
(4) Pengalaman yang kurang baik dari
petugas kesehatan
(5) Rasa takut pada akibat dari tindakan
(6) Tidak terjangkau fasilitas yang
diperlukan
(7) Rasa asing dan tidak ada dukung dari
masyarakat
(8) Sikap dan falsafah hidup.
b Diagnosa
keperawatan pada tingkat keluarga.
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan tentang paktor – paktor yang mempertahankan
resnpons / tangapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Nasrul
Effendy, 1998, hal 51).
Setelah
diketahui masalah kesehatan dan keperawatan keluarga langkah selanjutnya adalah
menegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Dalam menetapkan diagnosa keperawatan
keluarga dapat ditetapkan berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial
terjadinya penyakit atau masalah – masalah kesehatan keluarga, serta
mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
seperti yang telah diterangkan di atas.
c Prioritas
masalah
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah
adalah sebagai berikut :
1). Tidak mungkin masalah – masalah
kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus
2). Perlu mempertimbangkan masalah –
masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga, seperti masalah penyakit.
3). Perlu mempertimbangkan respons
dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.
4). Keterlibatan keluarga dalam
memecahkan masalah yang mereka hadapi.
5). Sumber daya keluaga yang dapat
menunjang pemecahan masalah kesehatan / keperawatan keluarga.
6). Pengetahuan dan kebudayaan
keluarga.
d Kriteria
prioritas masalah
Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus berdasarkan kepada beberapa
kriteria, sebagai berikut :
1). Sifat masalah dikelompokkan
menjadi :
a). Ancaman kesehatan
b). Keadaan sakit atau kurang sehat
c). Situasi krisis
2). Kemungkinan masalah dapat diubah,
adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah
bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
3). Potensi masalah untuk dicegah,
adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau
dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
4). Masalah yang menonjol, adalah
cara keluarga melihat dan menilai, masalah dalam hal bertanya dan mendesaknya
untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan
Tabel 1
Skala prioritas
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
Bobot
|
1.
2.
|
Sifat masalah
skala :
Ancaman kesehatan
Tidak / kurang sehat
Krisis
Kemungkinan masalah untuk diubah Skala :
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
|
3
2
1
2
1
0
|
1
2
|
3
4.
|
Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat harus ditangani
Masalah yang tidak perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
|
3
2
1
2
1
0
|
1
1
|
Skoring :
1) Tentukan skor untuk
setiap kriteria
2)
|
Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
|
3) Jumlah skor untuk
semua kriteria
4) skor yang tertinggi
adalah 5 dan sama untuk semua bobot
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah
adalah sebagai berikut :
a) Tidak mungkin masalah
– masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi
sekaligus
b) Perlu mempertimbangkan
masalah – masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga, seperti masalah
penyakit.
c) Perlu mempertimbangkan
respons dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.
d) Keterlibatan keluarga dalam
memecahkan masalah yang mereka hadapi.
e) Sumber daya keluarga
yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan / keperawatan keluarga.
f) Pengetahuan dan
kebudayaan keluarga.
b Perencanaan (planning)
Rencana keperawatan Keluarga adalah sekumpulan tindakan
perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang telah di identifikasi.
Ciri – ciri perawatan keluarga :
1). Berpusat pada tindakan – tindakan
yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi
2). Merupakan hasil dari suatu proses
yang sistematis dan telah dipelajari dan pikiran yang logis.
3). Rencana perawatan keluarga
berhubungan dengan masa yang akan datang
4). Berkaitan dengan masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi
5). Rencana perawatan merupakan cara
untuk mencapai tujuan
6). Merupakan suatu proses yang
berlangsung secara terus – menerus.
Kualitas rencana perawatan :
Kualitas rencana perawatan sangat tergantung kepada :
1). Penentuan masalah kesehatan dan
keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang
masalah situasi keluarga.
2). Rencana yang realistis, artinya
dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan
3). Sesuai dengan tujuan dan falsafah
keperawatan
4). Rencana keperawatan dibuat
bersama keluarga dalam :
a). Menentukan masalah dan kebutuhan
perawatan keluarga
b). Menentukan prioritas masalah
c). Memiliki tindakan yang tepat
d). Pelaksanaan tindakan
e). Penilaian hasil tindakan
5). Dibuat secara tertulis
c Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga,
didasarkan kepada rencana keperawatan yang telah disusun. Kegagalan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah
kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah :
1). Kurang pengetahuan dalam bidang
kesehatan
2). Informasi yang telah
diperoleh keluarga tidak menyeluruh
3). Tidak mau menghadapi situasi
4). Mempertahankan suatu pola tingkah
laku karena kebiasaan yang melekat.
5). Adat istiadat yang berlaku
6). Kegagalan dalam mengaitkan
tindakan dengan sasaran
7). Kurang percaya terhadap tindakan
yang diusulkan
Faktor lain yang bersumber dari perawat, adalah :
1). Menggunakan pada pendekatan yang
tetap (kaku, kurang luas)
2). Kurang memberikan penghargaan,
perhatian terhadap faktor – faktor sosial budaya
3). Perawat kurang ahli dalam
mengambil tindakan
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap keluarga :
1). Sumber daya keluarga (keuangan)
2). Tingkat pendidikan keluarga
3). Adat istiadat yang berlaku
4). Respons dan penerimaan keluarga
5). Sarana dan prasarana yang ada
pada keluarga
d Penilaian
Penilaian / evaluasi adalah tahap yang menentukan tujuan
tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian
tujun tidak tercapai maka perlu dicari penyebabnya hal dapat terjadi karena
beberapa faktor :
1). Tujuan tidak realistis
2). Tindakan keperawatan yang tidak
tepat
3). Ada faktor lingkungan yang tidak
dapat diatasi
Dimensi dalam penilaian
1). Keberhasilan dari tindakan
keperawatan yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan
2). Ketepatgunaan yang dikaitkan
dengan biaya apakah dalam bentuk uang, waktu, tenaga dan bahan alat yang
diperlukan
3). Kecocokan, dikaitkan dengan
kesanggupan tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah dengan baik sesuai
dengan pertimbangan profesional
4). Kecukupan, menyinggung
kelengkapan dari tindakan apakah semua tindakan dilaksanakan untuk mencapai
hasil yang diinginkan
Kriteria dan standar
Kriteria adalah gambaran tentang faktor – faktor
tidak tetap yang didapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar
menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan pelaksanaan
yang sebenarnya. Standar akan memberi tahukan apakah tingkat pelaksanaan yang
dapat diterima atau keadaan yang bagaimana agar dapat mengatakan bahwa tindakan
yang dilakukan berhasil atau tujuan dicapai, yaitu :
1). Klien mengerti dan memahami
tentang penjelasan yang diberi mengenai colitik Ulseratif.
2). Melaksanakan pengobatan yang
dianjurkan.
3). Menhindari dan mencegah
kemungkinan timbulnya penyebab penyakit.
Pengukuran hasil penilaian
Hasil asuhan keperawatan dapat diukur dari 3 dimensi :
1). Keadaan fisik , misalnya
peningkatan berat badan anak
2). Psikolgis dan sifat anak,
misalnya ,berkembangnya sikap positif keluarga terhadap perawat dalam
memberikan asuhan di rumah
3). Pengetahuan dan perubahan prilaku,
keluarga melaksanakan petunjuk – petunjuk yang berkaitan dengan perawatan
payudarah sewaktu menyusui bayi
Alasan pentingnya penilaian
1). Menghentikan tindakan / kegiatan
yang tidak berguna
2). Untuk menambah ketepatgunaan
tindakan keperawatan
3). Sebagai bukti hasil dari tindakan
keperawatan
4). Untuk pengembangan dan
penyempurnaan dan praktek keperawatan.
Metode penilaian
1). Observasi langsung, mengamati
secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga. Dari membuang sampah
sembarangan dengan membuang sampah ketempat sampah yang dibuat.
2). Wawancara, mewawancarai keluarga
yang kerkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang
diberikan perawat.
3). Memeriksa laporan, dapat dilihat
dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan
sesuai dengan rencana.
(Nasrul Effendy,).
C. Tinjauan Umum Tentang Konsep Kesehatan
Lingkungan.
1. Pengertian dan ruang
lingkup kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan adalah penerapan prinsip kesehatan dan
perubahan serta penyusunan sifat – sifat fisik, kimia dan biologis dari
lingkungan untuk kepentingan kesehatan dan kesejahteraan, sedangkan masalah
kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan
dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Ada dan factor yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu : keturunan, lingkungan, perilaku dan
pelayanan kesehatan lain.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya kesehatan optimum pula. Ruang lingkup kesehatan
lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran
manusia (tinja),
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah rumah, hewan
ternak (kandang) dan sebagainya.
2. Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratakan pokok manusia.
a Factor
– factor yang perlu diperhatikan dalam membuat rumah adalah :
1) Factor lingkungan
Baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan social.
2) Tingkat kemampuan
ekonomi masyarakat.
Rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya,
perlu dipahami bahwa mendirikan rumah buka pada soal itu saja, namun
pemeliharaannya juga.
3) Tekhnologi yang
dimiliki oleh masyarakat.
Pada dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu mewah dan
sudah bergitu modern akan tetapi sangat mahal. Pada rakyat pedesaan
bagaimanapun sederhananya, sudah mempunyai tehknologi sendiri dan turun
menurun.
4) Kebijakan (peraturan –
peraturan) pemerintah yang menyangkut tataguna tanah.
Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan
belum merupakan problem namun di kota sudah menjadi masalah besar.
Syarat – syarat rumah yang sehat :
a). Bahan bangunan.
(1) Lantai : ubin atau semen adalah
baik tapi tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Syarat yang penting
disini adalah tidak berdebu (kemarau) dan tidak basah (musim hujan).
(2) Dinding : tembok adalah baik, namun
disamping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih –
lebih ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya
dipedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup,
maka lubang – lubang pada dinding atau papan, tersebut dapat merupakan
ventilasi dan dapat menambah penerangan alamiah atau yang penting ventilasi
harus ada sehingga sirkulasi udara dan penerangan alamiah (sinar matahari)
bebas masuk.
(3) Atap genteng seng atau asbes dan juga
menggunakan atap daun rumbai. Yang berguna untuk melindungi dari hujan atau
terik matahari.
b). Ventilasi.
Fungsi utama menjaga agar aliran udara didalam rumah tetap
segar dan juga berfungsi untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri – bakteri
terutama bakteri pathogen.
Ada 2 macam ventilasi yaitu ventilasi alamiah (jendela,
pintu, lubang angina pada dinding) dan ventilasi buatan ( kipas angina, mesin
penguap udara).
c). Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Cahaya dapat
dibedakan atas 2 yaitu : cahaya alamiah yakni matahari, dapat membunuh bakteri
– bakteri pathogen (misalnya bakteri TBC). Cahaya buatan yaitu menggunakan
lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.
d). Luas bangunan rumah.
Harus cukup untuk penghuninya disesuaikan dengan jumlah
penghuninya. Luas bangunan optimum 2,3 – 3 m2 untuk tiap orang.
e). Fasilitas – fasilitas didalam
rumah sakit.
Tersedia air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan
air limbah, pembuangan sampah. Fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga.
Disamping itu perlu ada fasilitas lain misalnya gudang, kandang ternak.
3. Penyediaan air bersih.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lainuntuk
minum, masak, mandi, mencuci, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.
a Syarat
– syarat air minum yang sehat.
1) Syarat fisik : bening tidak
berasa, suhu dibwah suhu udara diwarnainya sehingga dalam kehidupan sehari –
hari cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak
sukar.
2) Syarat bakteriologis : harus
bebas dari segala bakteri, utamanya bakteri pathogen cara pemeriksaannya
melalui sampel 100 cc diperiksa, apabila terdapat bakteri > 4 bakteri E.
Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3) Syarat kimia : harus
megandung zat – zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula zat – zat
tersebut antara lain :
Tabel 2
Jenis – Jenis Zat Kimia Kandungan Air
Jenis bahan
|
Kadar yang dibenarkan
|
Flour ( F )
Chlor ( Cl )
Arsen ( As )
Tembaga ( cu )
Besi ( Fe )
Zat organic
Ph ( keasaman )
CO2
|
1 – 1,5
250
0.03
1,0
0,3
10
6,5 – 9,0
0
|
b. Sumber – sumber air
minum.
1). Air hujan : tidak mengandung kalsium,
oleh karena itu agar dapat disesuaikan air minum yang sehat perlu ditambahkan
kalsium.
2). Air sungai dan danau : air pemukaan,
olehnya itu air ini sudah terkontaminasi sehingga perlu diolah dulu untuk jadi
air minum.
3). Mata air : bila belum tercemari dapat
diminum langsung, tetapi untuk menjaga segala kemungkinan ada baiknya sebelum
dimasak sebelum diminum.
4). Air sumur dalam : berasal dari lapisan
air ke 2 didalam tanah (± 15 meter dari permukaan tanah). Air ini cukup sehat
untuk dijadikan air minum langsung.
4. Pembuangan kotoran
manusia.
Untuk mencegah / mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik untuk
disuatu tempat tertentu atau jmaban yang sehat adalah tidak mengotori permukaan
tanah disekitarnya, tidak dapat dijangkau oleh serangga (lalat, kacoa), tidak
menimbulkan bau, mudah digunakan, sederhana desainya, murah, dapat diterima
oleh pemakainnya.
Agar persyaratan diatas, dipenuhi maka perlu
diperhatikan :
a. Jamban tersebut
tertutup terlindungi dari panas / hujan, serangga, terlindungi dari pandangan
orang.
b. Jamban sebaiknya
mempunyai lantai yang kuat (tempat berpijat yang kuat).
c. Bangunan jamban
sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak menganggu pandangan, tidak
menimbulkan bau.
d. Tersedia alat pembersi
seperti air atau kertas pembersih.
e. Terletak
didaerah yang rendah, jarak 20 meter dari sumber air.
5. Sampah dan
pengolahannya.
Sampah adalah sesuatu bahan atau berada padat yang sudah
tidak dipakai lagi oleh manusia :
a. Sumber – sumber
sampah.
Sampah yang berasal dari pemukiman, tempat – tempat umum,
perkantoran, pembersih jalan, industri, pertanian / perkebunan, pertambangan
dan yang berasal dari peternakan dan perikanan.
b. Jenis – jenis sampah.
1). Sampah padat.
2). An – organic (yang tidak dapat
membusuk) ; sisa – sisa makanan, daun – daunan, buah – buahan dsb ).
3). Sampah cair (air limbah).
4). Sampah dalam bentuk gas asap kendaraan
asap pabrik, dsb.
c. Pengelolaan
sampah.
Cara pengelolaan sampah sebagai berikut :
1). Pengumpulan dan pengangkutan
sampah.
2). Pemusnahan dan pengelolaan
sampah.
a). Ditanam
b). Dibakar
c). Dijadikan pupuk.
6. Air limbah dan
pengelolaanya.
Air limbah / air buangan adalah sisa air dibuang yang
berasal dari rumah tangga industri atau tempat – tempat umum dan pada umumnya
mengandung bahan – bahan atau zat – zat yang dapat membahayakan kesehatan
manusia serta menganggu lingkungan hidup.
Klasifikasi air limbah :
a. Air limbah dari
rumah tangga (domestic waster water).
Berasal dari pemukiman penduduk yang pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekstrela (tinja dan air seni), air bebas cucian, dapur, kamar
mandi yang terdiri dari bahan – bahan organ.
b. Air limbah
industri.(industri waster water).
Berasal dari berbagai jenis industri akibat proses – proses
dimana zat - zat yang terkandung didalamnya bervariasi seperti :
nitrogen, sulfia, amoniak, lemak, garam – garam, zat pewarna, mineral, logam
berat, zat pelarut, dsb.
c. Air limbah
kotapraja (municipal waster water).
Yaitu air buangan yang berasal dari daerah : perkantoran,
perdagangan, hotel, restoran, dsb. Zat – zat yang terkandung didalamnya sama
dengan air limbah rumah tangga. Pemukiman penduduk yang pada umumnya air limbah
ini terdiri dari ekstreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur, kamar
mandi yang terdiri dari bahan – bahan organic.
Karakteristik air limbah :
1) Karakteristik fisik :
sebagain besar terdiri dari air, sebagian kecil dari bahan – bahan padat dan
suspensi.
2) Karakteristik kimiawi :
biasanya mengandung zat – zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih
serta bermacam – macam zat organic berasal dari penguraian tinja, urine, sampah
– sampah lainnya.
3) Karakteristik bakteriologis.
Air limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup, antara lain :
a). Menjadi transmisi / media
penyebaran berbagai penyakit, seperti kolera, typus abdominalis disentri basiler.
b). Menjadi media berkembangbiakanya
nyamuk atau tempat hidup larva.
c). Menjadi tempat berkembangbiakan
nymauk atau tempat hidup larva nyamuk.
d). Menimbulkan bau yang tidak enak serta
pandangan yang tidak sedap
Pengelolaan air buangan :
a). Pengelolaan awal (preliminary)
adalah pengeloaan yang dilakukan untuk mencegah komplikasi pengelolaan
selanjutnya dan untuk menghilangkan dan untuk mengurangi kegiatan pemeliharaan
peralatan.
b). Pengelolaan primer atau
pengelolaan untuk menghilangkan semua benda terapung dan sebagian besar benda
beruspensi.
c). Pengelolaan sekunder ialah
pengelolaan biologis seperti pengolahan dengan Lumpur aktif, kolam oksidasi.
Tricking filter, lagooa statage dan aerosi, land spreading, dan sebagiannya.
D. Tinjauan Umum Tentang Konsep Dasar
Penyakit Hipertensi
1. Tinjauan Hipertensi
a Pengertian
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah
yang sering terdapat pada usia setengah umur atau lebih tua. Menurut WHO, batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah
sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Sedangkan batasan hipertensi dengan memperhatikan perbedaan
usia dan jenis kelamin oleh Kaplan dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh
Soeparman, Sarwono Waspadji, hal. 205 diajukan sebagai berikut :
1.) Pria usia < 45 tahun dikatakan
hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring di atas atau sama dengan
130/90 mmHg.
2.) Pria usia > 45 tahun dikatakan
hipertensi apabila tekanan darahnya di atas 145/95 mmHg.
3.) Pada wanita tekanan darah di atas
atau sama dengan 160/95 mmHg dinyatakan hipertensi.
Pada tahun 1984, The Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, dalam buku Ilmu Penyakit
Dalam, oleh Soeparman, Sarwono Waspadji, hal. 206 membagi hipertensi
berdasarkan tekanan diastolik sebagai berikut :
1.) Tekanan diastolik kurang dari 85
mmHg adalah normal.
2.) Hipertensi ringan bila tekanan
diastole 90 – 140 mmHg.
3.) Hipertensi sedang bila tekanan
diastole 105 – 114 mmHg.
4.) Hipertensi berat bila tekanan
diastole lebih dari 114 mmHg.
Pasien-pasien dengan tekanan darah yang kadang-kadang naik
dinamakan hipertensi labil.
Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut WHO :
Kategori
|
Sistolik
|
Diastolik
|
Normal
|
140 mmHg
|
90 mmHg
|
Bordeline/Perbatasan
|
140 – 159 mmHg
|
90 – 94 mmHg
|
Hipertensi defenitif
|
160 mmHg
|
95 mmHg
|
Hipertensi ringan
|
160 – 179 mmHg
|
95 – 140 mmHg
|
b Penyebab/Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi, dibagi menjadi dua golongan
yaitu :
1) Hipertensi esensial
atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Ini merupakan tipe paling umum dan termasuk 35 – 95 %
dari individu dengan penyakit ini. (Soeparman, Waspadji Sarwono, 1990 : 207 –
208).
Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi sebagai
berikut :
a). Usia
Paling tinggi kejadian pada usia > 40 tahun
b). Jenis kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki.
c). Keturunan
75 % pasien hipertensi mempunyai riwayat keluarga
hipertensi.
d). Obesitas/kegemukan
Sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi
lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
e). Perokok
Resiko pada manusia dihubungkan mekanisme terjadinya
hipertensi pada perokok belum diketahui secara pasti, namun hubungan antara
rokok dengan peningkatan kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
f). Peminum alkohol
Peminum alkohol berat akan cenderung hipertensi, walaupun
mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti belum diketahui.
g). Komsumsi garam
Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam penyebab
hipertensi. Ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam yang
minimal. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma dan curah jantung.
h). Stres
Diduga melalui aktivasi saraf simpatik yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten. Apabila stres menjadi
berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menetap tinggi.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah keadaan terjadinya tekanan darah
tinggi akibat penyakit tertentu seperti :
a). Hipertensi renal ialah hipertensi
yang penyebabnya adalah kelainan parenkim ginjal.
Dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Soeparman, Sarwono
Waspadji, hal. 236, M. Ziegler dan G.J. Mart menuliskan semua penyakit ginjal
yang dapat menimbulkan hipertensi seperti di bawah ini :
(1) Penyakit ginjal bilateral
Glomerulo nefritis akut dan kronik.
Nefritis interstisial akut dan kronik.
Pielonefritis glomerulosklerosis.
(2) Penyakit ginjal unilateral
Aneurisma arteri renalis.
Infark ginjal.
Fistel arteriovenosus.
Trombosis vena renalis.
Tuberkulosis ginjal.
Bendungan urine karena berbagai sebab.
(3) Hipertensi karena gagal ginjal
(4) Hipertensi sesudah cangkok ginjal
b). Hipertensi renovaskuler
Adalah hipertensi yang disebabkan oleh obstruksi satu atau
lebih cabang arteri renalis utama atau cabangnya yang dapat sembuh dengan
operasi rekonstruksi vaskuler atau nefrektomi.
c Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah
jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada pasien hipertensi umumnya
normal. Kelainan terutama pada peningkatan tahanan perifer. Peningkatan tahanan
perifer ini disebabkan karena penyempitan pembuluh darah akibat ketegangan otot
polos pada pembuluh darah tersebut.
Meningkatnya tekanan darah semakin menegangkan dinding
pembuluh darah sehingga menyebabkan dinding pembuluh darah semakin tebal dan
ronggan pembuluh darah semakin sempit yang meningkatkan tahanan terhadap
mengalirnya darah.
Perubahan struktur inilah yang dianggap sebagai salah satu
faktor utama sukarnya tekanan darah dikendalikan dengan obat-obatan anti
hipertensi pada kasus-kasus tertentu. Kerja jantung pada penderita hipertensi
akan bertambah berat karena naiknya tahanan perifer yang lama kelamaan akan
menyebabkan terjadinya hipertropi ventrikel kiri. Dengan adanya hipertropi dan
hiperplasia ventrikel kiri maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak
mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia (kekurangan oksigen).
Hal ini dapat diperberat oleh adanya sklerosis koroner dan
jika hal ini berlangsung lama akan terjadi decompensasi cordis di samping ini
juga akan menyebabkan gagal jantung. Pusat vasomotor di batang otak yang akibat
terjadinya vasokontriksi arteri otak sistemik yang akan meningkatkan tekanan
darah.
d Gejala
klinik
Gejala hipertensi tidak selalu ada hubungannya dengan berat
ringannya hipertensi. Secara dini dari penyakit hipertensi ringan pasien sakit
kepala karena vasokontriksi atau epitaksis dari perdarahan kapiler basial. Pada
hipertensi ringan ada kelompok pasien yang sama sekali tidak memberikan
keluhan-keluhan. Sedang pada sekelompok yang lain sudah memberikan
gejala-gejala yang sangat terasa mengganggu. Demikian pula hipertensi yang
sedang dan berat, ada pasien yang tidak mengeluh apa-apa dan ada pasien yang
sudah memberikan keluhan yang begitu berat sehingga tidak dapat bekerja dengan
baik karena sangat terganggu.
Pada umumnya pasien hipertensi memberikan keluhan-keluhan
sebagai berikut : pusing, sakit kepala, vertigo, sukar tidur, mata
berkunang-kunang, kaku kuduk, mual dan muntah, epitaksis, telinga berdengung.
e Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali
pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau
gejala-gejala klinis. Oleh karena itu, setiap pasien hipertensi harus diperiksa
secara keseluruhan yang meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium.
1) Riwayat
penyakit
Pada pasien hipertensi perlu ditonjolkan lamanya menderita,
riwayat dan gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner,
gagal jantung dan lain-lain. Apakah ada riwayat penyakit dalam keluarga,
gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan
aktivitas/kebiasaan seperti merokok, komsumsi makanan (khususnya makanan yang
banyak mengandung garam, lemak, dan protein), riwayat komsumsi obat-obat bebas,
hasil dan efek samping terapi hipertensi sebelumnya bila ada, dan faktor
psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sebagainya).
2) Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan fisik perlu dilakukan pengukuran tekanan
darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang
dalam hal ini juga dilakukan pengukuran berat badan untuk membandingkan antara
berat badan dan tinggi pasien. Karena obesitas dan hipertensi mempunyai
prognosa yang kurang baik. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi
untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif.
3) Pemeriksaan laboratorium
a). Pemeriksaan darah rutin yang
diperlukan adalah hematokrit, ureum, dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal.
b). Elektrolit untuk melihat
kemungkinan adanya kelainan hormonal aldosteron.
c). Pemeriksaan urinalis (protein
dalam urine) untuk melihat adanya kelainan pada ginjal.
4) Pemeriksaan
radiologi yaitu untuk melihat adanya pembesaran jantung kiri pada hipertensi
yang kronis dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah pada stadium payah jantung
hipertensi.
5) Pemeriksaan
echokardiografi
Echokardiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang
yang akurat untuk memantau terjadinya hipertropi ventrikel. Hemodinamik
kardiovaskuler dan tanda-tanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantun
hipertensi pada stadium lanjut.
Apabila pemeriksaan tersebut di atas tidak cukup untuk
membuktikan etiologi penyakit atau ada kecurigaan terhadap suatu penyakit yang
menyebabkan hipertensi maka dilakukan pemeriksaan khusus seperti :
a.) Pielografi intravena dapat
membantu menilai keadaan ginjal, dapat dilihat dari fungsi ekskresi ginjal dan
ureter serta bentuk dan besarnya ginjal.
b.) Arteriografi renal dilakukan bila
ada dugaan stenosis arteri renalis.
c.) Pemeriksaan kadar renin plasma
untuk mengevaluasi pasien untuk stenosis arteri renalis juga dipakai untuk
menentukan pola pengobatan
f Pengobatan
dan perawatan
1) Pengobatan
Pengobatan selain ditujukan pada tekanan darah juga pada
komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu dengan :
a). Menurunkan tekanan darah menjadi
normal.
b). Mengobati payah jantung karena
hipertensi.
c). Mengurangi kejadian
kardiovaskuler.
d). Menurunkan faktor resiko penyakit
kardiovaskuler semaksimal mungkin
Beberapa macam obat yang sering digunakan dalam pengobatan
hipertensi sehari-hari adalah :
a.) Diuretik menurunkan tekanan darah
dengan menghabiskan natrium tubuh dan mengurangi volume darah serta
mekanisme-mekanisme lainnya.
(1) Diuretik tiazid cocok untuk penderita
hipertensi ringan dan sedang.
(2) Loap diuretik : furosenamid (Lasix).
(3) Obat penahan kalium (Potassium sparing)
Agents : spinorolactone : ameloride, triamteren.
b.) Obat-obat penghambat simpatik
(adrenergik)
(1.) Clonidin bekerja sentral.
(2.) Penghalang simpatik ganglion : trimetaphon :
pentolinium, pempidine.
(3.) Obat-obat penghalang transmisi neuro efektor
guanethedine, debriso-guine reserpine.
(4.) Yang bekerja sentral dan menghalang simpatik
metildopa.
(5.) Obat penghalang reseptor adrenergik
Penghalang alpha adrenoreseptor : phrolamine.
Penghalang beta adrenoreseptor : non cardioselektif
Kombinasi penghalang alpa dan beta adrenergik.
Reseptor : labetolol.
c.) Vasodilator langsung
Hidralisin bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos dan akan mengakibatkan penurunan resistensi vaskular.
Sodium nitropusid vasodilator kuat yang diberikan
secara parenteral yang digunakan pada
hipertensi
gawat dan kegagalan jantung yang berat.
2) Perawatan
Istirahat, monitor tekanan darah, hentikan merokok, jika
merokok kurangi berat badan (olah raga) pembatasan minum-minuman beralkohol
3. Modifikasi
gaya hidup
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan
nonfarmakologis meliputi:
1. Teknik mengurangi
stress
2. Penurunan BB
3. Pembatasan alcohol
4. Olahraga latihan
5. Relaksasi merupakan
intervevsi wajib yang harus dilakukan pada saat terapi antihipertensi.
g Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah
menyebabkan kelainan-kelainan pada organ-organ seperti jantung, otak,
pembuluh darah, ginjal dan mata
1) Komplikasi pada
jantung
Penyakit jantung yang timbul akibat penyakit hipertensi
adalah penyakit jantung koroner dan penyakit jantung hipertensi yang juga dapat
menyebabkan terjadinya patah jantung ischemik yang pada banyak negara merupakan
sebab kematian utama.
2) Komplikasi pada otak dapat
berupa pendarahan otak (stroke) enselopati dan intracranial hemorhagis.
Enselopati hipertensi biasanya ditandai oleh sakit kepala hebat, bingung,
lamban dan gangguan penglihatan. Gejala-gejala ini umumnya tambah berat dalam
waktu 12 – 48 jam dan dapat timbul kejang-kejang. Kesadaran menurun serta dapat
menyebabkan kebutaan.
3) Komplikasi pada pembuluh
darah dapat berupa :
a). Radang pembuluh nadi yang menutup
jalannya aliran darah.
b). Adanya penumpukan aliran darah
dalam pembuluh darah yang dapat mengembangkan vena.
c). Robeken pembuluh darah akibat
tekanan yang meningkat.
d). Regang pembuluh nadi akibat penumpukan
darah.
4) Komplikasi pada ginjal
dapat berupa
a). Glomerulus
b). Gangguan fungsi ginjal
5) Komplikasi pada mata dapat
diketahui dengan pemeriksaan funduskopi dengan melihat kelainan fundus/retina
berupa :
a). Oklusi vena retina (OVEC)
gambaran fundusnya yaitu vena berkelok-kelok, odem retina, dan odem macula,
pendarahan di sekitar papil saraf optik, ketajaman penglihatan sangat buruk.
b). Oklusi vena retina cabang-cabang
yang sering tersumbat adalah cabang temporal atas sehingga akibatnya langsung
mengenai macula dan menimbulkan tajam penglihatan yang buruk.
h Prognosa
Pada umumnya prognosa pada pasien hipertensi tergantung dari
penyakit primernya, berat ringannya penyakit hipertensi itu sendiri, serta
komplikasi yang timbul dan cepatnya tindakan atau pengobatan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prognosa
hipertensi yaitu :
1) Etiologi hipertensi yang
ditemukan secara dini dan sebabnya dapat dikoreksi tentu mempunyai prognosa
yang baik misalnya akibat kelainan ginjal dan kelainan hormon, neurologi dan
lain-lain.
2) Ada tidaknya komplikasi dari
organ tubuh, makin banyak komplikasi yang ditemukan pada organ tubuh makan
prognosa makin jelek.
3) Ada tidaknya resiko payah
jantung, ischemik, diabetes millitus, hipercolesteronemia, merokok juga sangat
menentukan prognosis.
4) Tinggi rendahnya tekanan
darah, makin tinggi tekanan darah maka mempunyai prognosa yang jelek juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar