BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Penyakit gastroenteritis hingga kini
masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di indonesia.
Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 / seribu penduduk
setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kesakitan di
RS dapat ditekan menjadi < dari 3 %.
Penggunaan istilah diare sebenarnya
lebih tepat dari pada gasteroentritis, karena istilah yang disebut terakhir ini
memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan
walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Hippocrates mendefinisikan diare
sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian IKA FKUI / RSCM
diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal / bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare
bila frekuensi BAB sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk
bayi berumur > 1 bulan dan anak, bila frekuensi sudah > 3 kali.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas Blok
Sistem Pencernaan
Tujuan Khusus :
1.
Mahasiswa
dapat menjelaskan pengertian gastroenteritis
2.
Mahasiswa
mengetahui etiologi gastroenteritis
3.
Mahasiswa bisa
menjelaskan patofisiologi ,manifestasi klinis serta komplikasi dari gastroenteritis
4.
Mahasiswa
dapat menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan serta penatalaksanaan dari gastroenteritis
5.
Mahasiswa
mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gastroenteritis
C.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan serta sistematika
Bab
II Anatomi fisiologi pencernaan yang
terdiri atas anatomi dan fungsi pencernaan
Bab III Teori
gastroenteritis yang terdiri atas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan
Bab
IV Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran
Data
makalah ini diambil dari reverensi buku yang terkait dengan sistem pencernaan
atau hati serta dari media informasi seperti internet, majalah,dan lainnya.
BAB II
ANATOMI
FISIOLOGI PENCERNAAN
A.
Anatomi Pencernaan
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari
mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka
tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan sederhana terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi
depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung
antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus
fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi
dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan
bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior
disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung
(tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari
bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus. Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus
dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot
rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot
berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
a)
Lendir
Lendir
melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
b)
Asam klorida (HCl)
Asam
klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c)
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
a)
Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus
dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan
organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b)
Usus Kosong (Jejenum)
Usus
kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus.
c)
Usus Penyerapan (Illeum)
Usus
penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara
7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
Usus
besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri
di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu (Sekum)
Usus
buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai
cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen). Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap
embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa
dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar)
yang merupakan fungsi utama anus.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada
sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim
pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua
belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang berfungsi
menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas
juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
11. Hati
Hati merupakan sebuah
organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini berperan penting
dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari
makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang
kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai
vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati,
dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan
tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam
sirkulasi umum.
12. Kandung empedu
Kandung empedu adalah
organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu
adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu
memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta
bererperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin
(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. (
Syarifuddin, 1999 )
B.
Fisiologi Pencernaan
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari
mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
BAB III
GASTROENTERITIS
A.
Definisi
Gastroenteritis
adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang
diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau
mencerna toxin. (tucker, Martin S 1999)
Gastroenteritis
adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan
muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz.2002)
Gastroenteritis
adalah radang dari lambung keusus yang memberikan gejala diare dengan disetai
muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah besar.(Manjoer, Arief.2000)
Jadi
penulis menyimpulkan dari data diatas bahwa gastroenteritis adalah keadaan
frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak atau dewasa dalam satu hari dengan konsisten feses encer dapat
berwarna hijau atau dapat bercampur dengan darah dan lender atau lender saja.
B.
Etiologi
Penyebab dari diare
akut antara lain :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal
: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut :
1) Infeksi Virus
a) Retovirus
Retovirus merupakan
penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan
muntah. Biasanya timbul sepanjang tahun terutama pada musim dingin.. Dapat
ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada
musim panas.
c) Adenovirus
Sering timbul sepanjang
tahun, menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
2) Bakteri
a) Sigella
Semusim, puncaknya
pada bulan Juli-September. Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun. Dapat
dihubungkan dengan kejang demam. Gejala muntah tidak menonjol. Terdapat sel
polos dalam feses dan sel batang dalam darah.
b) Salmonella
Biasanya menyerang
semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Bakteri menembus dinding
usus. Gejala yang sering muncul diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin ada
peningkatan temperature, muntah tidak menonjol, terdapat sel polos dalam feses,
masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari, organisme dapat ditemukan pada feses
selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
Baik yang menembus
mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan enterotoksin. Pasien (biasanya
bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Biasanya bersifat
invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan
diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Gejala yang sering timbul
kram abdomen yang hebat, muntah / dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia
Enterecolitica
Gejala yang sering
timbul adalah feses mukosa, sering didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada
nyeri abdomen yang berat, diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Cacing (ascaris,
tricurus, oyyuris, strongyloides, protozoa, jamur)
b. Infeksi
Parenteral
Ialah infeksi diluar
alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis, bronkopneumoni,
ensefalitis dan lain-lain.
2. Faktor Non
Infeksi
a. Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, laktosa,
maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi
protein : asam amino, B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
Makanan basi,
beracun, alergi terhadap makanan
c. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas
(jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang besar)
d. Faktor Imun
Defisiensi imun
terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya
berlipat gandanya bakteri / flora usus dan jamur terutama candida
C.
Klasifikasi
Menurut Depkes RI (1999), diare
diklasifikasikan menjadi diare akut dan kronik.
1.
Diare akut adalah diare yang
serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut
diklasifikasikan secara klinis, yaitu:
a.
Diare non inflamasi
Diare ini disebabkan
oleh enterotoksin dan menyebabkan diare cair dengan volume yang besar tanpa
lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama
sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapat cairan pengganti. Tidak
ditemukan leukosit pada pemeriksaan feces rutin.
b.
Diare inflamasi
Diare ini disebabkan
oleh invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis ditandai
mulas sampai nyeri klonik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda
dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feces
rutin, dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.
2.
Diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari.
Mekanisme terjadinya
diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi;
a.
Diare sekresi
Diare dengan volume
feses banyak biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat
peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbs
mukosa usus ke dalam usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti
toksin kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif non
osmotic dan hormon intestinal (gastrin vasoaktive intestinal polypeptide
(VIP)).
b.
Diare osmotik
Terjadi bila
terdapat partikel yang tidak dapat diabsorpsi sehingga osmolaritas lumen
meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare.
Sebagai contoh malabsorpsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat
garam magnesium.
c.
Diare eksudatif
Inflamasi akan
mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan
eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti
gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat
radiasi.
d.
Kelompok lain
Akibat gangguan
motilitas yang mengakibatkan waktu transit makanan/minuman di usus menjadi
lebih cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes
mellitus dapat muncul diare ini.
D.
Patofisiologi
Gastroenteritis bisa
disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit), faktor
malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor fisiologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri,
berawal dari makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bakteri
tertelan masuk sampai lambung. Yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung.
Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada beberapa yang lolos sampai duodenum
dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang
sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut akteri akan memproduksi
enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus,
sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan usus
dibagikan kripta vili dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat dari
keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan
dinding usus menggembung dan tenaga dan sebagian dinding usus akan mengadaka
kontraksi sehinggaterjadi hipermotilitas
untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila jumlah cairan tersebu t melebihi kapasitas absorbsi
usus maka akan terjadi diare.
Diare yang disebabkan karena malabsorbsi
makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit edaan rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga
dapat menyebabkan diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa
usus menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika
peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan
volume cairan dirongga usus menyebabkan klien mengeluh perut merasa sakit. Selain
karena 2 hal itu, nyeri perut/kram timbul karena metabolisme KH oleh bakteri
disusus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatis
berlebihan. biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan
nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidak seimbangan asam basa dan
elektrolit.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang
berlebihan akan menyebabkan klien jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang ditandai
dengan berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa
menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering. Bila keadaan ini terus berlanjut
dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien
lemas.
Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa
usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler
menurun. Dimana selain itu air tubuh
juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus
makan volume darah juga berkurang . Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi
jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan
gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, klien sangat lemah kesadaran menurun.
Selain itu, akibat lain dari kehilangan
cairan ekstrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik
dimana klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam
(pernafasan kussmaul).
Faktor psikologis juga dapat
menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stress, marah, takut) dapat
merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian sistem pernafasan simpatis
untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh.
Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam
bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Ngastiyah, 2005; Syaifuddin, 1999)
E.
Tanda dan Gejala
a.
Diare (BAB, lember, cair)
1) Faktor osmotik disebabkan oleh
penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan isotonic, ketidakmampuan
larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran cairan
dan Iodium ke rongga usus.
2) Penurunan absorbsi atau
peningkatan sekresi sekunder air dan elektrolit. Peningkatan ini disebabkan
sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang
mukosa usus.
3) Perubahan
mobiliti
Hiperperistaltik
atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.
b. Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)
Terjadi karena peningkatan asam
lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga akan berespon terhadap
peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.
c.
Nyeri perut dan kram abdomen
Karena adanya kuman-kuman dalam usus,
menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan efek yang timbul adanya nyeri pada
perut atau tegangan atau kram abdomen.
d.
Peristaltik meningkat (> 35x/menit)
Akibat masuknya patogen menyebabkan
peradangan pada usus dan usus berusaha mengeluarkan ioxin dan meningkatkan
kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.
e.
Penurunan berat badan
Terjadi karena sering BAB encer, yang
mana feses marah mengandung unsur-unsur penting untuk pertumbuhan dan
perkembngan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
f.
Nafsu makan turun
Terjadi karena peningkatan asam
lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual dan rasa tidak enak.
g. Turgor kulit menurun dan membran
mukosa kering
Karena banyak cairan yang hilang dan
pemasukan yang tidak adekuat.
h.
Mata cowong (cekung, menjorok kedalam)
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh
dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan beberapa jaringan kekurangan
cairan dan oksigen.
i.
Gelisah dan rewel
Ini terjadi karena kompleksitas dari
tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh tidak merasa nyaman sebab
adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.
j.
Kesadaran menurun
Penurunan cairan tubuh yang
mengakibatkan kerja jantung ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan
nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi cepat tapi lemah,
disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan tekanan
osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan mencegah
eksresi Na sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan sirkulasi yang
buruk dampaknya otak kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran
hipotalamus terganggu
k. Dehidrasi
Dehidrasi
disebabkan karena tubuh mengeluarkan cairan yang berlebihan, bisa dikarenakan
diare dengan BAB encer dan dapat pula dikarenakan hipertermi sehingga tubuh
kehilangan cairan dan timbullah dehidrasi.
Tanda dan gejala berdasarkan
dehidrasi:
Ø Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi :
1.
BAB cair 1-2 kali sehari
2.
Muntah tidak adaa
3.
Haus tidak ada
4.
Masih mau makan
5.
Masih mau bermain
Ø Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
ringan :
1.
BAB cair
4-9 kali sehari
2.
Kadang muntah 1-2 kali sehari
3.
Haus
4.
Tidak mau makan
5.
Badan lesu lemas
Ø Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
berat :
1.
BAB cair terus-menerus
2.
Muntah terus-menerus
3.
Haus sekali
4.
Mata cekung
5.
Bibir kering dan biru
6.
Tangan dan kaki dingin
7.
Sangat lemah
8.
Tidak mau makan
9.
Tidak mau bermain
10.
Tidak BAK 6 jam atau lebih
11.
Kadang-kadang dengan kejang dan
panas tinggi
F.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan feses : makroskopis
pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intoleransi) biakan
kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai anti
biotika (pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah :
pemeriksaan darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
natrium,kalsium,kalium dan protein serum pada diare yang diesrtai kejang).
Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa,pH asam. Biakan dan
tes sensitivitas untuk etiologi bakteri / terapi ELISA (bila memungkinkan untuk
etiologi virus)
c) Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan
pH keseimbangan analisa gas darah atau astrup.
(asidosis metabolik- ph menurun) pH normal : 7,35-7,45 .
d) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk
mengetahui faal ginjal.
Jika terjadi faal ginjal maka kadar ureum
dan creatinin akan meingkat.
Batas normal ureum : 20 – 40 mg/dl
Batas
normal kreatinin : 0,5 – 1,5 mg/dl
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk
mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik ( FKUI, 2000 ).
3. pemeriksaan penunjang
a. Radiologis
Pada foto polos abdomen dapat dijumpai pengapuran (kalsifikasi) di
daerah pankreas yang menunjukkan kemungkinan adanya pankreatitis kronik,umumnya
peminum alkohol yang berat biasanya menderita diare dengan steatorea.
b. Barium meal (pemeriksaan rontgen kontras lambung)
Penderita akan minum cairan kontras, kemudian difoto dengan alat
Röntgen. Hasil foto akan memperlihatkan kelainan anatomis,
c.
Kolonoskopi
Pemeriksaan kolonoskopi dapat dianjurkan pada sangkaan adanya
colitis walaupun hasil foto kolon dengan kontras ganda menunjukkan gambaran
yang normal.koloskopi masih dianjurkan pada sangkaan adanya proses peradangan kolon,karena
dengan kolonoskopi kita bisa melihat seluruh kolon bahkan sampai ileum terminal
dan biopsi jaringan.
d.
Ultrasonography (USG), untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam
pancreas, hati, limfa.
e. Analisis Gaster adalah suatu bentuk pemeriksaan sekresi asam lambung
dan pepsin dalam gaster. suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara
langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur
f. Magnetic
Resonance Imaging (MRI), untuk mempelajari aliran darah dan mengidentifikasi
tumor, infeksi dan gambaran otot halus.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan, pada klien diare
dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a) Cairan Per Oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan
sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan natrium klorida,
hidro klorida, kalium dan glukosa. Komposisi lengkap sering disebut oralit. Untuk
diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar
natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula)
atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih
lanjut.
Oralit :
Oralit mengandung
natrium, kalium, klorida, sitrat, dan glukosa. Adanya glukosa pada oralit untuk
memicu penyerapan natrium secara aktif dari lumen usus dan diikuti penyerapan
air dan elektrolit lainnya secara pasif.
Oralit diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam oralit sangat baik diserap oleh usus penderita
diare karena ion natriumnya memiliki fungsi alosterik atau berhubungan dengan
penghambat enzim karena bergabung dengan molekul lain.
Kandungan garam
dapat meningkatkanpengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui
membran sel. Sementara gula dalam larutan NaCl berkhasiat meningkatkan
penyerapan air pada dinding usus dengan kuat. Daya serapnya bisa mencapai 25
kali lebih baik dari biasanya sehingga dehidrasi pada penderita diare bisa
diatasi dengan cepat oleh serbuk ajaib ini
b) Cairan Parentral
Mengenai seberapa banyak cairan yang
harus diberikan tergantung dari berat badan atau berat ringannya dehidrasi,
yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25–50 ml/KgBB/hari Kemudian 125 ml/ KgBB /hari
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50–100 ml/KgBB/oral Kemudian 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun
dengan berat badan 3–10 kg
a. 1 jam pertama
: 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13
tetes/kgBB/menit.
b. 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam = 3
tetes/kgBB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes).
c. 16 jam
berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan
intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 2–5 tahun dengan
berat badan 10–15 kg.
a. 1 jam pertama
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
b. 7 jam kemudian
127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan
intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun
dengan berat badan 15 – 25 kg
a. 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5
tetes/kgBB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes)
b. 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB
oralit per oral
c) Pemasangan NGT bila :
a). Kehilangan cairan berat
b). Gagal terapi dehidrasi oral
c). Gagal mencoba berulang kali saat
akses intra vena
2. Diatetik
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada penderita dengan
tujuan meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita. Hal – hal
yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi
b) Memberikan bahan makanan yang
mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih
3. Medikamentosa
a) Obat anti sekresi
(menekan/menghambat sekresi asam lambung)
Ø Asetosal : dosis 25 mg / tahun dengan dosis
minimum 30 mg
Indikasi:
Nyeri : Sakit kepala, nyeri-nyeri
ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi. Nyeri ringan sampai
sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi, dismenore. Demam, Penyakit
Inflamasi.
Kontraindikasi:
Alergi terhadap Aspirin dan golongan
salisilat
Efek Samping :
Reye's syndrome : suatu penyakit
mematikan yang menganggu fungsi otak dan hati.
Efek terhadap Sistem syaraf : Nyeri
pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi, perubahan mental, koma,
paralisis, pusing, limbung, depresi, bingung,amnesia, sulit tidur.
Ø klorpomozin, dosis 0,5 1mg/kg BB/hari.
Sediaan:
Tablet
25 mg dan 100 mg
Injeksi
25 mg/ml
Indikasi:
Psikosis,
neurosis, gangguan susunan saraf pusat yang membutuhkan sedasi, anestesi, pre
medikasi, mengontrol hipotensi, induksi hipotermia, antiemetik,
Kontraindikasi
:
kelainan
fungsi hati, koma, pasien dengan pemakaian obat penekan susunan syaraf pusat,
juga depresi sumsum tulang.
Peringatan
dan Perhatian:
- Obat ini dapat menimbulkan gejala
ekstrapiramidal.
- Hati-hati pada pasien yang hipersensitif.
- Dapat melemahkan mental/fisik, abilitas.
- Penggunaan pada wanita hamil belum
diketahui dengan pasti, di-gunakan hanya bila perlu.
- Pemakaian bersama alkohol, menyebabkan
efek aditif.
- Hati-hati pada penderita dengan kelainan
fungsi hati.
- Hati-hati diberikan pada pasien lanjut
usia.
Efek
Samping :
- Gejala idiosinkrasi yang dapat timbul berupa
ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai oleh adanya
eosinophilia dalam darah perifer.
- Klorpromazin HCl dapat menyebabkan gejala
ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada Parkinsonisme, orthostatic
hypotension sering terlihat pada penderita yang mempunyai sistem vasomotor
labil.
- Dapat juga berupa hipotermia, kadang-kadang
takikardia atau mulut dan tenggorokan kering,mengantuk, konstipasi dan retensi
urin.
b) Obat anti spasmolitik (melemaskan
ketegangan otot lambung,usus)
Pada umumnya obat anti spasmolitik
seperti papaverin, ekstra beladona, opium, ioperamid tidak diperlukan untuk
mengatasi diare akut hanya digunakan pada diare kronik
c) Obat anti biotic
Obat antibiotic tidak diperlukan untuk
mengatasi diare kecuali bila penyebabnya jelas, seperti :
1. Kolera : diberikan tetrasiklin 25 –
50 mg/kgBB/kgBB/hari
2. Lampaylobacter diberikan critomisin
40–50 mg/kgBB/hari
Antibiotic lain dapat diberikan bila
terdapat penyakit penyerta seperti infeksi ringan (Otitis media akut,
faringitis) diberikan penicilin prokain 50.000 u/kgBB/hari, infeksi sedang
(bronchitis) diberikan penicilin prokain 90 mg/kgBB/hari, infeksi berat
(bronkopneumonia) diberikan penicillin dengan klorampenikal 75 mg/kgBB/hari.
H. Komplikasi
Gastroenteritis
dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sebagian besar komplikasi disebabkan
oleh ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Komplikasi yang lebih serius dapat
berupa sepsis (pada infeksi sistemik) dan abses liver :
1.
Dehidrasi
Gastroenteritis berat yang disertai nausea
dan muntah sehingga asupan oral berkurang dapat menyababkan dehidrasi terutama
pada anak dan lanjut usia. Dehidrasi bermanisfestasi sebagai rasa haus yang
meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak
mampu berkeringat dan perubahan ortostatik. Hal ini disebabkan oleh tubuh yang
senantiasa menjaga homeostasis. Rasa haus dan pengeluaran urin yang sedikit
saat tubuh kekurangan cairan bertujuan mengatur osmolaritas cairan
ekstraseluler.
Haus adalah perasaan subyektif yang
mendorong seseorang untuk minum. Deficit H2O bebas dan kelebihan H2O bebas
menstimulasi osmoreseptor hipotalamus yang terletak dekat dengan sel penghasil
vasopressin dan rasa haus. Osmoreseptor memantau osmolaritas cairan tubuh dan
ketika osmolaritas meningkat (penurunan kadar H2O) terjadi perangsangan sekresi
vasopressin. Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal distal
sehingga reabsorbsi meningkat. Pada akhirnya, volume urin yang dikeluarkan
menurun.
Dehidrasu sendiri adalah suatu
keadaan tubuh dimana cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang
masuk.
2.
Syok Hipovolemik
Hipovolemia
adalah keadaan berkurangnya volume darah yang bersirkulasi dalam tubuh. Keadaan ini tergolong darurat dimana jumlah
darah dan cairan yang hilang membuat jantung tidak mampu memompa darah dalam
jumlah yang cukup. Kehilangan cairan pada syok hipovlemik bisa disebabkan oleh
terbakar, gastroenteritis, muntah, dan kekurangan asupan makanan. Untuk
mempertahankan perfusi jantung dan otak, maka terjadi peningkatan kerja
simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yg kolaps, pelpasan hormone stress
serta ekspansi besar untuk pengisian kembali cairan interstitial dan
ekstraselular, serta penurunan volume urine.
3.
Feses Berdarah
Feses
yang disertai darah dapat disebabkan oleh Entamoeba
hystolytica. Meskipun mekanisme pastinya belum diketahui, diduga trofoit
menginvasi dinding usus dengan mengeluarkan enzim proteolituk. Pelepasan bahan
toksik menyebabkan reaksi inflamasi yang merusak mukosa. Bila berlanjut maka
akan timbul ulkus hingga lapisan submukosa atau lapisan muskularis. Pada
pemeriksaan tinja pasien ditemukan darah yang memandakan bahwa protozoa ini
memfagosit eritrosit (eritrofagositosis).
4.
Demam
Bakteri
yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh. Bakteri tersebut
mengeluarkon toksin lipopolisakarida dari membrane sel. Sel yang bertugas
menghancurkan zat-zat toksik atau infeksius tersebut adalah neutrofil dan
makrofag dengan cara fagositosis atau non-fagositosis. Sekresi fagositik
menginduksi timbulnya demam, terutama melalui pelepasan pirogin endogen
(Interleukin-I). respon ini utama muncul ketika bakteri invasiveberedar di
dalam sirkulasi lalu difagosit oleh makrofag dan netrofil. Pirogen endogen
selanjutnya merangsang pengeluaran prostaglandin (prostaglandin E2) dari
hipotalamus yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh.
I. Asuhan
Keperawatan pada Pasien Gastroenteritis
Kasus:
An. Upin 5 tahun, dirawat sudah 2 hari karena
buang air besar sudar lebih dari 6 x/hari, dengan konsistensi cair. Ners Ola
melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik didapatkan data KU; lemah, kesadaran
compos mentis, vita sign : N: 112 x/menit, suhu : 39o C, RR : 24
x/menit, menurut ibunya BB anaknya turun saat ini 15 kg sebelumnya 18 kg, dan
tidak mau minum. Turgor kulit kembali 5 detik, mata terlihat cekung , bibir
kering, rewel. Data dari laboratorium didapat: leukosit 10.000 u/L, Ht: 50%, Hb
11 g/dl. Hasil, kalium 2,8 Meq/L. Laboratorium feses belum ada, terpasang IUFD
KaEN 3B + KCL 12 Meq/12 jam.
A.
Pengkajian
BIODATA KLIEN
Nama : Upin
Umur : 5
tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Register :
1330091193
Alamat : Jalan tak berujung no 10 blok A kecamatan asmara kelurahan damaisentosa
Status Perkawinan :
belum menikah
Keluarga Terdekat :
Ny. Mercedes mariety
Diagnosa Medis : Gastroenteritis (GE)
ANAMNESE
1.
Riwayat keperawatan
Riwayat kesehatan
sekarang :
a. Keluhan Utama : Ibu klien mengatakan anaknya BAB lebih dari 6 kali
dalam sehari dan BABnya cair. Berat badan anaknya turun 3 kg setelah sakit.
b.
Kronologis keluhan : Klien
tidak mengerti kenapa ini terjadi
c.
Faktor pencetus : Setelah
mengkonsumsi jajanan sembarangan
d.
Timbulnya keluhan : ( √ ) mendadak ( ) bertahap
e.
Lamanya : 15 menit
f.
Upaya mengatasi: memberi minyak
gosok dan beristirahat
Riwayat
Kesehatan masa lalu :
a.
Riwayat alergi (obat, makanan,
binatang, lingkungan)
klien tidak
pernah mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan
lingkungan.
b.
Riwayat kecelakaan
klien tidak
pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya
c.
Riwayat dirawat di Rumah Sakit
(kapan, alasan, berapa lama)
klien baru
pertama kali datang ke rumah sakit pada tanggal 06 maret 2013 dengan keluhan
tidak nafsu makan dan suka sesak.
d.
Riwayat pemakaian obat
klien tidak
pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
e.
Riwayat
trauma kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah
diderita klien, serta riwayat adanya terkena radiasi
f.
Sejak kapan
keluhan dirasakan.
Buang air besar 6 kali sehari sudah terjadi selama 2 hari
belakangan ini.
g.
Kaji TTV
dasar.
Untuk perbandingan dengan hasil
pemeriksaan yang akan datang.
h.
Kaji
pertumbuhan klien.
Timbang dan ukur BB, TB klien.
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak pernah ada riwayat
penyakit seperti ini sebelumnya
Pemeriksaan
Fisik Umum
1. Berat badan sekarang : 15 kg
2. Berat badan sebelum
sakit :
18 kg
3. Tinggi badan : 90cm
4. Tekanan darah : 180/80
mmHg (normal dewasa: 120/80 mmHg, normal anak: 160/60 mmHg)
5. Nadi :
112 x/menit (normal dewasa: 60-100 x/menit, normal anak: 105 x/menit)
6. Frekuensi nafas
: 24 x/menit (normal dewasa: 12-24 x/menit,
normal anak: 15-30 x/menit
7. Suhu tubuh : 39 oC
(normal: 36-37,5o C)
Pemeriksaan Fisik
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala : gangguan pola tidur,
ansietas, peningkatan aktivitas.
Tanda : periode hiperaktivasi,
latihan keras terus menerus.
2. Sirkulasi
Gejala : perasaan dingin
meskipun dalam ruangan hangat.
Tanda : takikardia,
bradikardia, disritmia.
3. Integritas Ego
Gejala : ketidakberdayaan,
Harapan diri tinggi, marah ditekan.
Tanda : status emosi depresi,
menolak, marah, ansietas.
4. Eliminasi
Gejala :
Gastroenteritis/konstipasi,nyeri abdomen, kembung.
5. Makanan/cairan
Gejala : Napsu makan
normalmeningkat,takut peningkatan berat badan.
Tanda : penurunan berat badan,
kurus, kulit kering, turgor kulit buruk
6. Higiene
Tanda : kuku rapuh, kondisi
gusi buruk
7. Neurosensori
Tanda : efek depresi,
perubahan mental
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
DATA FOKUS
Data
subjektif
|
Data
objektif
|
·
Ibu Upin mengatakan anaknya sudah 2 hari dirawat karena bab lebih dari 6 x/hari.
·
Ibu Upin mengatakan bab anaknya cair.
·
Ibu Upin mengatakan berat badan
anaknya sebelum sakit 18 kg, sekarang 15 kg.
·
Ibu Upin mengatakan anaknya tidak mau minum.
·
Ibu Upin mengatakan anaknya rewel
Data Tambahan :
·
TB anaknya 90 cm
·
Ibu Upin mengatakan anaknya demam
·
Ibu Upin mengatakan anaknya tidak nafsu makan
·
Ibu Upin mengatakan bingung dengan penyakit yg diderita anaknya
·
Ibu Upin mengatakan belum pernah mengetahui tentang penyakit yang
diderita anaknya.
|
·
Klien tampak lemah
·
Kesadaran klien kompos mentis
·
BB saat ini 15 kg
·
BB sebelum sakit 18 kg
·
Turgor kulit 5 detik (tidak elastis)
·
Bibir tampak kering
·
Mata terlihat cekung
·
Terpasang IUFD KaEN 3B + KCL 12 MEq/12 jam
·
Klien terlihat rewel
·
Vital Signs :
N : 112 x/menit
(normal dewasa: 60-100 x/menit, normal anak: 105 x/menit)
S : 39oC (normal 36-37,5o C)
RR : 24 x/menit
(normal dewasa: 12-24 x/menit, normal anak: 15-30 x/menit)
TD : 180/80 mmHg (normal dewasa: 120/80 mmHg, normal anak: 160/60
mmHg)
·
Hasil Lab :
Leukosit : 11.500 U/L ( 4.500 –
10.000 U/L )
Ht : 50% ( 31 – 47 % )
Hb : 11 gr/dL ( 11 – 16 gr/dL )
Kalium : 2,8 MEq/L ( 3,5 – 5,0
MEq/L )
Data tambahan:
·
TB : 90 cm
·
IMT sebelum sakit
18
/ ( 90 / 100 )2 = 22,2 kg
·
IMT saat sakit
15
/ ( 90 / 100 )2 = 18,51 kg
·
Klien terlihat jarang minum
·
Kulit klien terlihat kering
·
Klien makan habis ½ porsi
·
Ibu klien tampak bingung dan cemas melihat kondisi kesehatan anaknya
·
Ibu klien bertanya- tanya tentang penyakit anaknya
·
Kuku rapuh
·
Klien tampak gelisah
|
2.
ANALISA DATA
Data Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
DS :
·
Ibu Upin mengatakan anaknya sudah 2 hari dirawat karena bab lebih dari
6 x/hari.
·
Ibu Upin mengatakan bab anaknya cair.
·
Ibu Upin mengatakan berat badan
anaknya sebelum sakit 18 kg, sekarang 15 kg.
DO:
·
Klien tampak lemah
·
Turgor kulit 5 detik (tidak elastis)
·
Bibir tampak kering
·
Kulit tampak kering
·
Mata terlihat cekung
Kalium : 2,8 MEq/L ( 3,5 – 5,0 MEq/L )
·
Klien terlihat jarang minum
·
Kuku rapuh
·
Terpasang IUFD KaEN 3B + KCL 12 MEq/12 jam
·
Vital Signs :
N
: 112 x/menit
S
: 39oC
RR
: 24 x/menit
TD
: 180/80 mmHg
|
Devisit volume cairan dan elektrolit
|
Output yang berlebihan
|
DS:
·
Ibu Upin mengatakan anaknya sudah 2 hari dirawat karena bab lebih dari
6 x/hari.
·
Ibu Upin mengatakan bab anaknya cair.
·
Ibu Upin mengatakan anaknya rewel.
·
Ibu Upin mengatakan anaknya demam
DO:
·
Klien tampak lemah
·
Klien tampak gelisah
·
Kesadaran klien kompos mentis
·
Klien terlihat rewel
·
Vital Signs :
N
: 112 x/menit
S
: 39oC
RR
: 24 x/menit
TD
: 180/80 mmHg
·
Hasil Lab :
Leukosit : 11.500 U/L ( 4.500 – 10.000 U/L
)
Ht : 50% ( 31 – 47 % )
Hb : 11 gr/dL ( 11 – 16 gr/dL )
Kalium : 2,8 MEq/L ( 3,5 – 5,0 MEq/L )
|
Hipertermi
|
Proses Infeksi
|
DS:
·
Ibu Upin mengatakan anaknya sudah 2 hari dirawat karena bab lebih dari
6 x/hari.
·
Ibu Upin mengatakan bab anaknya cair.
·
Ibu Upin mengatakan berat badan
anaknya sebelum sakit 18 kg, sekarang 15 kg.
·
Ibu Upin mengatakan anaknya tidak nafsu makan
·
TB 90 cm
DO:
·
Klien tampak lemah
·
BB saat ini 15 kg
·
IMT sebelum sakit
18 / ( 90 / 100 )2
= 22,2 kg
·
IMT saat sakit
15 / ( 90 / 100 )2
= 18,51 kg
·
Klien makan habis ½ porsi
·
Vital Signs :
N
: 112 x/menit
S
: 39oC
RR
: 24 x/menit
TD
: 180/80 mmHg
|
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
|
Intake yang tidak adekuat
|
DS :
·
Ibu Upin mengatakan anaknya tidak mau minum.
·
Ibu Upin mengatakan anaknya rewel.
·
Ibu Upin mengatakan anaknya tidak nafsu makan
DO :
·
Turgor kulit 5 detik (tidak elastis)
·
Bibir tapak kering
·
Kulit klien terlihat kering
·
Mata terlihat cekung
·
Kuku rapuh
·
Terpasang IUFD KaEN 3B + KCL 12 MEq/12 jam
·
Vital Signs :
N
: 112 x/menit
S
: 39oC
RR
: 24 x/menit
TD
: 180/80 mmHg
·
Kalium : 2,8 MEq/L ( 3,5 – 5,0 MEq/L )
|
Gangguan integritas kulit
|
Kurangnya volume cairan, dehidrasi
|
DS:
·
Ibu Upin mengatakan bingung dengan penyakit yg diderita anaknya
·
Ibu Upin mengatakan belom pernah mengetahui tentang penyakit yag
diderita anaknya.
DO:
·
Ibu klien tampak bingung dan cemas melihat kondisi kesehatan anaknya
·
Ibu klien bertanya- tanya tentang penyakit anaknya
·
Klien tampak gelisah
|
Kurang pengetahuan
|
Kurangnya informasi tentang
proses penyakit
|
3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Devisit volume cairan dan
elektrolit b.d output yang berlebihan
2.
Hipertermi b.d proses penyakit
3.
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
4.
Gangguan Integritas kulit b.d
kurngnya volume cairan, dehidrasi
5.
Kurang pengetahuan bd kurangnya
informasi tentang penyakit
4.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan criteria
hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
1.
|
Devisit volume cairan dan elektrolit
b.d output yang berlebihan
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat kembali dengan kriteria hasil :
·
Membrane mukosa bibir lembab
·
Turgor kulit baik ( 2 detik )
·
Haluaran cairan adekuat
·
Klien mendapat asupan cairan yang cukup
·
Frekuensi bab dalam rentang normal
·
Kulit lembab
|
Mandiri
1.
Awasi ttv, pengisian kapiler,
status membrane mukosa, turgor kulit.
R/ indicator keadekuatan volume
sirkulasi.
2.
Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian.
Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah, gastroenteritis.
R/ memberikan informasi tentang kebutuhan
penggantian cairan.
3.
Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur haluaran urin dengan
akurat.
R/ untuk mengganti cairan yang berdampak
pada keseimbangan elektrolit
4.
Identifikasi rencana untuk meningkatkan atau mempertahankan
keseimbangan cairan optimal
R/ melibatkan pasien dalam rencana untuk
memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrilot.
Kolaborasi
1.
Kaji hasil tes fungsi elektrolit/ginjal
R/ perpindahan cairan atau elektrolit,
penurunan fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi penyembuhan pasien.
2.
Berikan/awasi hiperlimentasi IV
R/ tindakan darurat untuk memperbaiki
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3.
Tambahan kalium oral atau IV sesuai indikasi
R/ dapat diperlukan untuk mencegah
distritmia jantung.
|
2.
|
Hipertermi b.d proses penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan terjadi penurunan suhu tubuh hingga normal. Dengan
kriteria hasil:
·
Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37oC)
·
Tidak lelah lagi
·
Vital sign dalam rentang normal
|
Mandiri
1. Pantau suhu pasien (derajat dan
pola), perhatikan menggigil/diaforesis
R/ mengevaluasi suhu tubuh klien
2. Berikan kompres hangat, hindari
penggunaan alcohol
R/ dapat membantu menurangi demam
3. Kaji suhu lingkungan, sediakan
selimut, meningkatkan suhu ruangan.
R/ dapat membantu menstabilkan suhu klien.
4. Catat evaluasi suhu yang
cepat/demam tinggi menetap dan obati secara cepar per protocol.
R/ hipertermia harus dikenali dan diobati dengan tepat.
Kolaborasi
1. Berikan antipiretik, misalnya
ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol)
R/ digunakan untuk mengurangi demam
2. Berikan selimut pendingin
R/ digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39.5-40
|
3.
|
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake yang tidak adekuat
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan terjadi peningkatan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
·
Berat badan meningkat
·
Elastisitas kulit baik.
·
Klien menghabiskan 1 porsi makananya.
·
Mukosa bibir lembab
|
Mandiri
1.
Observasi vital sign tiap 8
jam.
R/ mengetahui frekuensi Suhu,Nadi dan
tekanan Darah Klien
2. Observasi bising usus tiap pagi
R/Mengetahui Frekuensi Bising usus
3. Timbang berat badan tiap pagi.
R/Untuk mengetahui Berat badan Klien
4. Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori, tinggi protein.
R/Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak
terpenuhi
5. Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional/ Meminimalkan
kehilangan panas.
Kolaborasi
1. pemberian Suplemen
vitamin B Compleks
R/ Meningkatkan
nafsu makan Klien.
|
4
|
Gangguan Integritas kulit b.d kurngnya
volume cairan, dehidrasi
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit dapat berkurang sampai
dengan hilang, dengan kriteria hasil :
·
dapat mengkonsumsi cairan yg cukup per hari
·
Nafsu makan kembali normal
·
Turgor kulit baik (elastis)
·
Mukosa bibir lembab
·
Kuku dan kulit tampak lembab
|
Mandiri
1.
observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi
R/ area ini meningkat risikonya untuk
kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif
2.
Dorong mandi tiap 2 hari sekali,pengganti mandi tiaphari.
R/
sering mandi membuat kekeringan kulit
3.
Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi
R/ melicinkan kulit dan mngurangi gatal
4.
Pijat kulit
R/ memperbaiki sirkulasi pada kulit
5.
Diskusikan untuk mempertahankan perubahan posisi sering
R/ meningkatkan sirkulasi dan perfusi
kulit
6.
Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat
R/
perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit
|
5.
|
Kurang pengetahuan bd kurangnya informasi
tentang proses penyakit
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien dan ibu
klien mengerti tentang penyakit anaknya. Dengan kriteria hasil:
|
1.
Berikan
informasi yang tepat dengan keadaan individu
R/: Meningkatkan pengetahuan
klien
2.
Identifikasi
sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi,
seperti orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan
R/: Agar klien bisa
menghindari sumber stress
3.
Berikan
informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
R/: Dapat mengidentifikasi
gejala awal dari gondok
4.
Diskusikan
mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan
tujuan terapi serta efek samping obat tersebut
R/: Klien bisa mengikuti
terapi yang disarankan
|
J.
Jurnal
Terlampir
KESIMPULAN
Gastroenteritis
akut adalah penyakit yang sangat umum. Kebanyakan menyerang anak-anak usia 5
tahun. Di seluruh dunia, gastroenteritis mempengaruhi 3 juta – 5 juta anak
setiap tahun, dan menyumbang 1,5 juta -2,5 juta kematian per tahun atau 12%
dari seluruh kematian di antara anak-anak kurang dari 5 tahun. Penyakit ini
berkembang negara berkembang dengan iklim sedang dan tropis. Penyebabnya Virus
sekitar 70% dari pada anak-anak dan rotavirus adalah salah satu virus ini.
Terapi rehidrasi oral sama efektifnya dengan intravena terapi dalam mengobati
dehidrasi ringan hingga sedang di gastroenteritis akut. Muntah adalah salah
satu alasan utama untuk menjalani terapi rehidrasi.
Antiemetik
tidak rutin dianjurkan dalam mengobati gastroenteritis akut, meskipun mereka
masih sering diresepkan. Ondansetron adalah salah satu yang terbaik antiemetik
dipelajari dan perannya dalam meningkatkan kepatuhan terapi rehidrasi oral dan
mengurangi tingkat rawat inap telah terbukti baru-baru ini. Selain itu terapi
yang dapat diberikan antihistamin (Dimenhydrinate, Promethazine), Dopamin
reseptor antagonis (Metoclopramide, Droperidol, Prochlorperozine, Domperodone),
Trimethobenzamide dan Dexamethasone.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastroentritis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada lambung, usus
besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri
atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dengan
konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Dari
biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus Norwalk dan parasit yang patogen. Dan
ditandai oleh infiltrasi mukosa usus halus oleh eosinofil, dengan edema tetapi
tanpa vaskulitis dan oleh eosinofilia darah tepi.
Penanganan
masalah gastroenteritis harus secepatnya dilakukan bila klien memiliki
tanda-tanda dehidrasi berat dengan memberikan cairan pengganti oral maupun
cairan parenteral untuk mengganti kehilangan cairan
B.
Saran
Untuk
Perawat
Sebaiknya perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan harus lebih memperhatikan faktor penyebab maupun
faktor pencetus dari penyakit yang diderita anak dan memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua klien dan klien agar masalah yang menyebabkan klien
dirawat dapat diatasi sehingga tidak terjadi perawatan yang berulang
Untuk Orangtua Klien
Menjaga kebersihan
lingkungan rumah, dan membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
memberi makan anak serta menjaga personal hygiene dan memberi mainan anak yang
bersih dan dapat dicuci, dan bila terjadi diare pada anak sebelum di bawah ke
rumah sakit, diberikan larutan gula garam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar