BAB I
LANDASAN
TEORITIS
A. Kosep Dasar
1. Defenisi
Acquired
Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat
disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan
dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan
Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terjangkit penyakit infeksi.
(Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan
Bagi ODHA, Jakarta, 2003, hal 1)
Human
Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut
juga “sel CD – 4”.
(100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda
Ketahui, Medan, 2006, hal 1)
2.
Etiologi
Penyebab adalah
golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama
kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun
1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari
lima fase yaitu :
A.
Periode jendela.
Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
B. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2
minggu dengan gejala flu likes illness.
C. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih
tahun dengan gejala tidak ada.
D. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun
dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah,
rash, limfadenopati, lesi mulut.
E. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun
dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat
dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
Ø Lelaki homoseksual atau
biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak
terinfeksi.
Ø Orang yang ketagian obat
intravena
Ø Partner seks dari penderita
AIDS
Ø Penerima darah atau produk
darah (transfusi).
3. Anatomi fisiologi
HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang
dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120 milyar
meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah) dan kasarnya
"spherical"
4. Patofisiologi
HIV masuk ke dalam tubuh manusia
↓
Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4
(Limfosit T4, Monosit, Sel dendrit, Sel Langerhans)
↓
Mengikat molekul CO4
↓
Memiliki sel target dan memproduksi virus
↓
Sel limfosit T4 hancur
↓
Imunitas tubuh menurun
↓
Infeksi opurtinistik
↓
↓ ↓ ↓ ↓
Sist pernafasan Sist Pencernaan Sist.
Integumen Sist Neurologis
↓ ↓ ↓ ↓
Peradangan pd Infeksi jamur Peristaltik Peradangan kulit Infeksi ssp
Jaringan paru ↓ ↓ ↓
↓ Peradangan mulut Diare
kronis Timbul lesi/ ↓
Sesak, demam ↓ ↓ bercak putih Peningkatan
↓ Sulit menelan Cairan
output ↓ kesadaran, kejang
Tdk efektif Mual ↓ Gatal, nyeri Nyeri kepala
Ggn pertukaran ↓ Bibir
kering Bersisik ↓
gas Intake kurang Turgor
kulit ↓ MK: perubahan
↑ suhu ↓ ↓ MK: Ggn rasa proses pikir
MK: Ggn pemenu MK: kekurang nyaman
Han nutrisi an vol cairan
Ggn
eliminasi
BAB,
diare
5. Manifestasi Klinis
Menurut WHO:
1) Gejala mayor
Ø Penurunan BB
≥ 10%
Ø Demam
memanjang atau lebih dari 1 bulan
Ø Diare kronis
Ø Tuberkulosis
2) Gejala minor
Ø Koordinasi
orofaringeal
Ø Batuk
menetap lebih dari 1 bulan
Ø Kelemahan
tubuh
Ø Berkeringat
malam
Ø Hilang nafsu
makan
Ø Infeksi
kulit generalisata
Ø Limfodenopati
Ø Herpes
zoster
Ø Infeksi
herpes simplek kronis
Ø Pneumonia
Ø Sarkoma
kaposi
Manifestasi klinis
Ø Angiomatosis
Ø Kandidiosis
orofaringeal
Ø Kandidiasis
vulvovaginal
Ø Displasisa
leher rahim
Ø Herpes
zoster
Ø Purpura
idiopatik trombositopenik
Ø Kandidiasis
esophagus
Manifestasi Klinis
Stadium
|
Skala Aktivitas Gambaran Klinis
|
I
|
Asimptomatic,
aktivitas normal
a. Asimptomatic
b. Limfodenopati
generalisata
|
II
|
Simptomatic,
aktivitas normal
a. BB menurun
< 10%
b. Kelainan
kulit dan mukosa yang ringan seperti: dermatitis, pruigo, ulkus oral,
seboroik, onikomikosis yang rekuren dan kheilitis angularis
c. Herpes zoster
dalam 5 tahun terakhir
d. Infeksi
saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis
|
III
|
Pada
umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%
a. BB >
10%
b. Diare
kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam
berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Kandidiasi
orofaringeal
e. Oral hairy
leukoplakia
f. TB Paru
dalam tahun terakhir
g. Infeksi
bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish
|
IV
|
Pada
umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50%
a. HIV
wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC
b. Pneumonia
pneumocytis carinii
c. Toksoplasmosis
otak
d. Diare
kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
e. Retinitis
virus sitomegalo
f. Kriptokokosis
extra pulmonal
g. Herpes
simplex mukokutan > 1 bulan
h. Leukoensepalopati
multifokal progresif
i. Mikosis
disminata seperti histoplasmosis
j. Kandidiasis
disofags, trakea, bronkus dan paru
k. Mikobakteriasis
atipikal diseminata
l. Septisemia
salmonelosis nontifoid
m. Tuberkulosis
di luar paru
n. Limfoma
o. Sarkoma
kaposi
|
6.
Pemeriksaan Diagnostik
1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
-. ELISA
-. Western blot
-. P24 antigen test
-. Kultur HIV
2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.
-. Hematokrit.
-. LED
-. CD4 limfosit
-. Rasio CD4/CD limfosit
-. Serum mikroglobulin B2
-. Hemoglobulin
7. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik,
dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis
eksternal aku
7. Penatalaksanaan
Ø Respon
biologis / aspek fisik
a. Universal precaution
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan
tubuh
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau
mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan
kesehatan
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan
tubuh secara benar dan aman
b. Peran
perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan system imun dan mengurangi
terjadinya infeksi opurtunistik
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena
infeksi HIV
c. Pemberian
nutrisi
Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen
atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat
defisiensi vitamin dan mineral
d. Aktivitas
dan istirahat
Ø Respon
adaptif psikologis
1) Pikiran
positif tentang dirinya
2) Mengontrol
diri sendiri
3) Rasionalisasi
4) Teknik
perilaku
Ø Respon
sosial
1) Dukungan
emosional
2) Dukungan
penghargaan
3) Dukungan
instrumental
4) Dukungan
informatif
Ø Respon
spiritual
1) Menguatkan
harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
2) Padai
mengambil hikmah
3) Kestabilan
hati
Ø Resiko
epidemiologis infeksi HIV sistomatik
1) Perilaku beresiko epidemiologis
i. Hubungan
seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan kondom
ii. Pecandu
narkotik suntikan
iii. Hubungan
seksual yang tidak aman
1. Memiliki
banyak mitra seksual
2. Mitra
seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS
3. Mitra
seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang tinggi
4. Homoseksual
ii. Pekerjaan
dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat
prostitusi terselubung
iii. Mempunyai
riwayat infeksi menular seksual (IMS)
iv. Riwayat
menerima transfusi darah berulang
v. Riwayat
perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril
BAB II
Asuhan
Keperawatan
1. Dasar Data Pengkajian Pasien
Aktivitas / istirahat
Gejala:
a. Mudah lelah,
berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan /
malaise
b. Perubahan
pola tidur
Tanda:
Ø Kelemahan
otot, menurunnya massa otot
Ø Respon
fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan
Sirkulasi
Gejala:
Ø Proses
penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang
terjadi)
Tanda:
Ø Takikardia,
perubahan TD postural
Ø Menurunnya
volume nadi perifer
Ø Pucat atau
sianosis: perpanjangan kapiler
Integritas ego
Gejala:
Ø Faktor stres
yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan
orang lain
Ø Penghasilan,
gaya hidup tertentu dan stres spiritual
Ø Mengkuatirkan
penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
Ø Mengingkari
diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah
Ø Kehilangan
kontrol diri dan depresi
Tanda:
Ø Mengingkari,
cemas, defresi, takut, menarik diri
Ø Perilaku
marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
Ø Gagal
menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
Eliminasi
Gejala:
Ø Diare yang
intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal
Ø Nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda:
Ø Feces dengan
atau tanpa disertai mukus dan marah
Ø Diare pekat
yang sering
Ø Nyeri tekan
abdominal
Ø Lesi atau
abses rectal, personal
Ø Perubahan
dalam jumlah, warna dan karakteristik urin
Makanan / cairan
Gejala:
Ø Anoreksia,
perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah
Ø Disfagia,
nyeri retrostenal saat menelan
Ø Penurunan
berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot
Ø Turgor kulit
buruk
Ø Lesi pada
rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna
Ø Kesehatan
gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
Ø Edema (umum,
dependen)
Higiene
Gejala:
Ø Tidak dapat
menyelesaikan aktivitas
Tanda:
Ø Memperlihatkan
penampila yang kurang rapi
Ø Kekurangan
dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri
Neurosensori
Gejala:
Ø Pusing,
pening / sakit kepala, perubahan status mental
Ø Kehilangan
ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat
dan konsentrasi menurun
Ø Kerusakan
sensasi atau indera posisi dan getaran
Ø Klemahan
otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
Ø Kebas,
kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
Tanda:
Ø Perubahan
status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor /
respon melambat
Ø Ide
paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
Ø Timbul
refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia
Ø Tremor pada
motorik kasar / halus, menurunnya motorik
Ø Vocalis:
hemi paresis; kejang
Ø Hemoragi
retina dan eksudat
Nyeri / kenyamanan
Gejala:
Ø Nyeri umum
atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
Ø Sakit kepala
(keterlibatan ssp)
Ø Nyeri dada
pleuritis
Tanda:
Ø Pembengkakan
pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
Ø Penurunan
rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
Ø Gerak otot
melindungi bagian yang sakit
Pernapasan
Gejala:
Ø Isksering,
menetap
Ø Napas pendek
yang progresif
Ø Batuk
(sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya
PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
Ø Bendungan
atau sesak dada
Tanda:
Ø Takipnea,
distres pernapasan
Ø Perubahan
pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
Ø Sputum:
kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
Keamanan
Gejala:
Ø Riwayat
jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
Ø Riwayat
menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi
vaskuler mayor, insiden traumatis)
Ø Riwayat
penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Ø Riwayat /
berulangnya infeksi dengan PHS
Ø Demam
berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat
malam
Tanda:
Ø Perubahan
integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan
warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Ø Rektum,
luka-luka perianal atau abses
Ø Timbulnya
nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher,
ketiak, paha)
Ø Menurunnya
kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan
Seksualitas
Gejala:
Ø Riwayat perilaku
beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif
HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan
seks anal
Ø Menurunnya
libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
Ø Penggunaan
kondom yang tidak konsisten
Ø Menggunakan
pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang
diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)
Tanda:
Ø Kehamilan
atau resiko terhadap hamil
Genetalia:
Ø Manifestasi
kulit (mis: herpes, kulit); rabas
Interaksi sosial
Gejala:
Ø Masalah yang
ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman,
pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan / kehilangan pendapatan
Ø Isolasi,
kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
Ø Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana
Tanda:
Ø Perubahan
pada interaksi keluarga / orang terdekat
Ø Aktivitas
yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:
Ø Kegagalan
untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual
ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Ø Penggunaan /
penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol
Pertimbangan rencana pemulangan:
Ø Memerlukan
bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan /
bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur
keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak,
perubahan fasilitas hidup.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem imunologis HIV / AIDS adalah:
1) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan
primer tidak efektif
2) Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare
berat
3) Resiko
tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular
4) Resiko
tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K
5) Perubahan
nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d
penurunan berat badan
6) Nyeri kronik
b/d inflamasi d/d keluhan nyeri
7) Kerusakan
integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit
8) Perubahan
membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis
9) Kelelahan
b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi
10) Perubahan
proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian
11) Ansietas b/d
ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan
12) Isolasi
sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak
13) Ketidakberdayaan
b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk perawatan
14) Kurang
pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d
permintaan informasi
3. Perencanaan
Dx
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
|
Mengidentifikasi
/ ikut serta dalam perilaku yang megurangi resiko infeksi mencapai masa
penyembuhan luka / lesi tidak demam dan bebas dari pengeluaran / sekresi
purulen dan tanda-tanda lain dari kondisi infeksi
|
Ø Cuci
tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan instruksikan
pasien / orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi
Ø Berikan
lingkungan yang bersih dan berventilasi baik periksa pengunjung / staf
terhadap tanda infeksi dan mempertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
Ø Diskusikan
tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi
Ø Pantau
tanda-tanda vital termasuk suhu
Ø Bersihkan
kulit / membran mukosa oral terdapat bercak putih / lesi
Ø Periksa adanya
luka / lokasi alat infasif,perhatikan tanda-tanda inflamasi / infeksi lokal
Ø Bersihkan
percikan cairan tubuh / darah dengan larutan pemutih 1 : 10
|
Ø Mengurangi
resiko terkontaminasi silang
Ø Mengurangi
patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi
nosokomial
Ø Meningkatkan
kerja sama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa terisolasi
Ø Memberikan
informasi dasar awitan / peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam
yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi yang
baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang
tidak dapat disembuhkan
Ø Kandidiasis
oral, herpes, CMV dan crytocolus adalah penyakit yang umum terjadi dan
memberikan efek pada membran kulit
Ø Identifikasi
/ perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis
Ø Mengontrol
mikro organisme pada permukaan keras
|
2
|
Mempertahankan
hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik, haluaran urine
adekuat secara pribadi
|
Ø Pantau
tanda-tanda vital termasuk CVP, bila terpasang, catata hipertensi termasuk
perubahan postural
Ø Kaji
turgor kulit, membran mukosa dan rasa haus
Ø Pantau
pemasukan oral dan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari
|
Ø Indikator
dari volume cairan sirkulasi
Ø Indikator
tidak langsung dari status cairan
Ø Mempertahankan
keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabakan membran mukosa
|
3
|
Mempertahankan
pola pernapasan efektif membran mukosa tidak mengalami sesak nafas / sianosis
dengan bunyi nafas dan sinar x bagian dada yang bersih / meningkat dan AGD
dalam batas normal pasien
|
Ø Tinggikan
kepala tempat tidur usahakan pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas
sesuai kebutuhan
Ø Selidiki
tentang keluhan nyeri dada
Ø Berikan
periode istirahat yang cukup diantara waktu aktivitas pertahankan lingkungan
yang tenang
|
Ø Meningkatkan
fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi / infeksi yang ditimbulkan
karena atelektasis
Ø Nyeri dada
pleuritis dapat menggambarkan adanya pnemonia non spesifik / efusi pleura
berkenaan dengan keganasan
Ø Menurunkan
konsumsi O2
|
4
|
Menunjukkan
homosatis yang ditunjukkan dengan tidak adanya perdarahan mukosa dan bebas
dari ekimosis
|
Ø Lakukan
pemeriksaan darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine,
feses dan cairan muntah
Ø Pantau
perubahan tanda-tanda vital dan warna kulit
Ø Pantau perubahan
tingkat kesadaran dan gangguan penglihatan
|
Ø Mempercepat
deteksi adanya perdarahan / penentuan awal dari therapi mungkin dapat
mencegah perdarahan kritis
Ø Timbulnya
perdarahan / hemoragi dapat menunjukkan kegagalan sirkulasi / syok
Ø Perubahan dapat
menunjukkan adanya perdarahan otak
|
5
|
Mempertahankan
BB atau memperlihatkan peningkatan BB yang mengacu pada tujuan yang
diinginkan
|
Ø Kaji
kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan
Ø Timbang BB
sesuai kebutuhan, evaluasi BB dalam hal adanya BB yang tidak sesuai. Gunakan
serangkaian pengukuran BB dan antropometrik
Ø Jadwalkan
obat-obatan diantara makan dan batasi pemasukan cairan dengan makanan,
kecuali jika cairan memiliki nilai gizi
Ø Dorong
pasien untuk duduk pada waktu makan
Ø Catat
pemasukan kalori
|
Ø Lesi
mulut, tenggorokan, dan esofagus dapat menyebabkan dispagia, penurunan
kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan
Ø Indikator kebutuhan
nutrisi / pemasukan yang adekuat
Ø Lambung
yang penuh akan mengurangi nafsu makan dan pemasukan makanan
Ø Mempermudah
proses menelan dan mengurangi resiko aspirasi
Ø Mengidentifikasi
kebutuhan terhadap suplemen atau alternatif metode pemberian makanan
|
6
|
Keluhan
hilangnya / terkontrolnya rasa sakit
|
Ø Kaji
keluhan yeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1 – 10), frekuensi dan
waktu menandai gejala non verbal
Ø Dorong
pengungkapan perasaan
Ø Lakukan tindakan
pariatif mis: pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit
Ø Berikan
kompres hangat / lembab pada sisi infeksi pentamidin / IV selama 20 menit
setelah pemberian
|
Ø Mengindikasikan
kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan / resolusi
komplikasi
Ø Dapat
mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan
intensitas rasa sakit
Ø Meningkatkan
relaksasi / menurunka tegangan otot
Ø Infeksi
diketahui sebagai penyebab rasa sakit dan abses steril
|
7
|
Menunjukkan
tingkah laku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit / meningkatkan
kesembuhan
|
Ø Kaji kulit
setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan
amati perubahan
Ø Pertahankan
sprei bersih, kering dan tidak berkerut
Ø Tutupi
luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier produktif
|
Ø Menentukan
garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan
intervensi yang tepat
Ø Friksi kulit
disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan
potensial terhadap infeksi
Ø Dapat
mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan
|
8
|
Menunjukkan
membran mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah dan bebas dari inflamasi /
ulserasi
|
Ø Kaji
membran mukosa / catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak,
sulit mengunyah / menelan
Ø Berikan perawatan
oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta sisi non
abrasif, obat pencuci mulut non alkohol dan pelembab bibir
Ø Cuci lesi
mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida / salin atau larutan soda
kue
Ø Anjurkan
permen karet / permen tidak mengandung gula
Ø Dorong
pasien untuk tidak merokok
|
Ø Edema,
lesi, membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan
sulit mengunyah / menelan
Ø Mengurangi
rasa tidak nyaman, meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang
dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal
Ø Mengurangi
penyebaran lesi dan krustasi dari kandidiasis dan meningkatkan kenyamanan
Ø Merangsang
saliva untuk menetralkan asam dan melindungi membran mukosa
Ø Rokok akan
mengeringkan dan mengiritasi membran mukosa
|
9
|
Melaporkan
peningkatan energi
|
Ø Kaji pola
tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir / perilaku
Ø Rencanakan
perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada waktu pasien
sagat berenergi. Ikut sertakan pasien / orang terdekat pada penyusunan
rencana
Ø Tetapkan
keberhasilan aktivitas yang realitas dengan pasien
|
Ø Berbagai
faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit ssp,
tekanan emosi dan efek samping obat-obatan / kemoterapi
Ø Periode
istirahat yang sering sangat dibutuhkan dalam memperbaiki / menghemat energi.
Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat
energi lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol
diri
Ø Mengusahakan
kontrol diri dan perasaan berhasil, mencegah timbulnya perasaan frustasi
akibat kelelahan karena aktivitas berlebihan
|
10
|
Mempertahankan
orientasi realita umum dan fungsi kognitif optimal
|
Ø Kaji status
mental dan neurologis dengan menggunakan alat yang sesuai. Catat perubahan
orientasi, respon terhadap rangsang, kemampuan untuk mencegah masalah,
ansietas, perubahan pola tidur, halusinasi dan ide paranoid
Ø Pantau
adanya tanda-tanda infeksi ssp, mis: sakit kepala, kekakuan nukal, muntah,
demam
Ø Susun
batasan pada perilaku mal adaptif / menyiksa, hindari pilihan pertanyaan
terbuka
Ø Diskusikan
penyebab / harapan di masa depan dan perawatan jika demensia telah terdiagnosa.
Gunakan istilah yang kongkret
|
Ø Menetapkan
tingkat fungsional pada waktu penerimaan dan mewaspadakan perawat pada
perubahan status yang dapat dihubungkan dengan infeksi / kemungkinan penyakit
ssp yang makin buruk, stressor lingkungan, tekanan fisiologis, efek samping
terapi obat-obatan
Ø Gejala ssp
dihubungkan dengan meningitis / ensefalitis diseminata mungkin memiliki
jangkauan dari perubahan kepribadian yang tidak kelihatan sampai kekacauan
mental, peka rangsangan, mengantuk, pingsan, kejang dan demensia
Ø Memberikan
waktu tidur, emngurangi gejala kognitif dan kurang tidur
Ø Mendapatkan
informasi bahwa A2T telah muncul untuk memperbaiki kognisi dapat memberikan
harapan dan kontrol terhadap kehilangan
|
11
|
Menyatakan
kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya
|
Ø Jamin
pasien tentang kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu
Ø Berikan
informasi akurat dan konsiste mengenai prognosis, hindari argumentasi
mengenai persepsi pasien terhadap situasi tersebut
Ø Berikan
lingkungan terbuka dimana pasien akan merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menahan diri untuk berbicara
Ø Berikan
informasi yang dapat dipercaya dan konsisten, juga dukungan untuk orang
terdekat
|
Ø Memberikan
penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk memecahkan
masalah pada situasi yang diantisipasi
Ø Dapat
mengurangi ansietas dan ketidakmampuan pasien untuk membuat keputusan /
pilihan berdasarkan realita
Ø Membantu pasien
untuk merasa diterima pada kondisi sekarang tanpa perasaan dihakimi dan
meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol
Ø Menciptakan
interaksi personal yang lebih baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut
|
12
|
Menunjukkan
peningkatan perasaan harga diri
|
Ø Tentukan
persepsi pasien tentang situasi
Ø Batasi /
hindari penggunaan masker, baju dan sarung tangan jika memungkinkan mis: jika
berbicara dengan pasien
Ø Dorong kunjungan
terbuka, hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang
memungkinkan
Ø Dorong
adanya hubungan yang aktif dengan orang terdekat
|
Ø Isolasi
sebagian dapat mempengaruhi diri saat pasien takut penolakan / reaksi orang
lain
Ø Mengurangi
perasaan pasien akan isolasi fisik dan menciptakan hubungan sosial yang
positif yang dapat meningkatkan rasa percaya diri
Ø Partisipasi
orang lain dapat meningkatkan rasa kebersamaan
Ø Membantu menetapkan
partisipasi pada hubungan sosial dapat mengurangi kemungkinan upaya bunuh
diri
|
13
|
Menyatakan
perasaan dan cara yang sehat untuk berhubungan dengan mereka
|
Ø Kaji
tingkat perasaan tidak berdaya, mis: ekspresi verbal / non verbal yang mengindikasikan
kurang kontrol, efek daftar kurangnya komunikasi
Ø Dorong
peran aktif pada perencanaan aktivitas, menetapkan keberhasilan harian, yang
realitas / dapat dicapai dorong kontrol pasien dan tanggung jawab sebanyak
mungkin, identifikasi hal-hal yang dapat dan tidak dapat dikontrol pasien
|
Ø Menentukan
status individual pasien dan mengusahakan intervensi yang sesuai pada waktu
pasien imobilisasi karena perasaan depresi
Ø Memungkinkan
peningkatan perasaan kontrol dan menghargai diri sendiri dan tanggung jawab
|
14
|
Mengungkapkan
pemahamannya tentang kondisi / proses dan perawatan dari penyakit tertentu
|
Ø Tinjau
ulang proses penyakit dan apa yang menjadi harapan di masa depan
Ø Tinjau
ulang cara penularan penyakit
Ø Berikan
informasi mengenai penatalaksanaan gejala yang melengkapi aturan medis, mis:
pada diare intermiten, gunakan lomotil sebelum pergi kegitan sosial
Ø Tekankan perlunya
melajutkan perawatan kesehatan dan evaluasi
Ø Identifikasi
sumber-sumber komunitas, mis: rumah sakit / pusat perawatan tempat tinggal
(bila ada)
|
Ø Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
Ø Mengoreksi
mitos dan kesalahan konsepsi, meningkatkan keamanan bagi pasien / orang lain
Ø Memberikan
pasien kontrol mengurangi resiko rasa malu dan meningkatkan kenyamanan
Ø Memberi
kesempatan untuk mengubah aturan untuk memenuhi kebutuhan perubahan / individual
Ø Memudahkan
pemindahan dari lingkungan perawatan akut, mendukung pemulihan dengan
kemandirian
|
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat
Jendral Pemberantasan Penyakit Meular Dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman
Nasional Terapi, 2004.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan
Penyehatan Lingkungan Departemen RI, Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan
Petugas Lainnya, Jakarta, 2003.
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000.
Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah,
EGC, Jakarta, 2001.
Umar Zein, 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda
Ketahui, USU Press, Medan, 2006.
Diposkan
oleh Yuliaty Kartika 'Ashri di 03.31
CANTIK SAMPEAN MBAK...SIPH
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
- ▼ 2011 (16)
- ▼ Desember (16)
- ASKEP LEUKIMIA TERBARU
- ASKEP GERONTIK TERBARU
- ASKEP GERONTIK TERBARU
- ASKEP STROKE ISKEMIK TERBARU
- ASKEP DIABETES MIELITUS (DM) TERBARU
- ASKEP GAGAL GINJAK KRONIS (GGK) TERBARU
- ASKEP GAGAL GINJAK KRONIS (GGK) TERBARU
- 10 sikap agar menjadi pribadi yang baik
- ASKEP KB PIL TERBARU
- ASKEP MYOMA UTERI TERBARU
- ASKEP KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP) TERBARU
- ASKEP KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP) TERBARU
- TEORI HEMODIALISA TERBARU
- ASKEP ANGINA PEKTORIS
- ASKEP HIV/AIDS TERBARU
- posting terbaru
Mengenai Saya
aku adalah tika yang baru bantu aku
ya ALLAH dengan ini semua..... yg sedang q jalani mengejar cita cita n
menjalani percintaan q dengan nya,,,,,,, terkadang kamu harus DIAM,menerima
bahwa kamu berbuat SALAH,bukan karena MENYERAH,tapi karena kamu DEWASA....
bebaskan dirimu dari rasa rasa sakit yang sebenarnya tidak perlu,hanya di buat
buat oleh perasaan saja,,,,,,,,, saat qta memilih seseorang maka qta harus siap
menerim sifat baik dan bruk yang ada dalam drinya,,,,,
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar