BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penyumbatan koroner atau
serangan jantung dan infark miokardium mempunyai arti yang sama namun istilah
yang disukai adalah infark miokardium, di Amerika serikat terjadi jutaan
serangan penyakit ini partahun. Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang.
Infark miocard akut adalah
nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
Gejala
yang sering muncul pada penderita infark miokardium biasanya Nyeri dada yang
tiba – tiba dan berlangsung terus menerus, nyeri akan terasa semakin berat
sampai tidak tertahankan, rasa nyeri yang tajam dan berat, biasa menyebar
kebahu dan lengan dan biasanya lengan kiri. Dan menetap selama berjam - jam sampai beberapa hari dan tidak akan
hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin, nyeri biasanya sering diserai napas
pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing kepala,mual dan muntah - muntah
Banyak
penelitian menunjukkan pasien dengan infark miokardium biasanya pria, diatas 40
tahun dan mengalami aterosklerosis pada pembuluh koronernya, sering disertai
hipertensi aterial, serangan bisa terjadi juga pada pria atau wanita muda
diawali 30 an atau bahkan 20-an, wanita yang memakai kontrasepsi, pil, dan
merokok mempunyai resiko sangat tinggi, namun secara keseluruhan,angka kejadian
infark miokardium pada pria lebih tinggi di banding dengan wanita pada semua usia.
Meskipun pasien biasanya pria dan berusia 40 tahun, namun semua umur yang
mengalami gejala dan tanda-tanda yang sudah disebutkan diatas perlu segera
ditangani.
B.
TUJUAN
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada klien
dengan penyakit Akut Miokard Infark
Tujuan Khusus :
1.
Mengetahui Definisi penyakit Akut
Miokard Infark.
2.
Mengetahui Etiologi penyakit Akut
Miokard Infark
3.
Mengetahui Patofisiologi
penyakit Akut Miokard Infark.
4.
Mengetahui Manifestasi klinik
penyakit Akut Miokard Infark.
5.
Mengetahui Pemeriksaan
penunjang penyakit Akut Miokard Infark .
6.
Dapat melakukan Asuhan
Keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada penyakit Akut Miokard
Infark.
BAB II
TINJAUAN TEORI
AKUT MIOCARD INFARK
A.
PENGERTIAN
Infark
miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
(Brunner & Sudarth, 2002)
Infark miocard akut adalah
nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Suyono, 1999)
B.
ETIOLOGI (kasuari, 2002)
1.
faktor penyebab :
a.
Suplai oksigen ke miocard
berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1.
Faktor pembuluh darah :
a)
Aterosklerosis.
b)
Spasme
c)
Arteritis
2.
Faktor sirkulasi :
a)
Hipotensi
b)
Stenosos aurta
c)
insufisiensi
3.
Faktor darah :
a)
Anemia
b)
Hipoksemia
c)
polisitemia
b.
Curah jantung yang meningkat :
1.
Aktifitas berlebihan
2.
Emosi
3.
Makan terlalu banyak
4.
hypertiroidisme
c.
Kebutuhan oksigen miocard
meningkat pada :
1.
Kerusakan miocard
2.
Hypertropimiocard
3.
Hypertensi diastolic
2.
Faktor predisposisi :
a.
faktor resiko biologis yang
tidak dapat diubah :
1.
usia lebih dari 40 tahun
2.
jenis kelamin : insiden pada
pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
3.
hereditas
4.
Ras : lebih tinggi insiden pada
kulit hitam.
b.
Faktor resiko yang dapat diubah
:
1.
Mayor :
a)
hiperlipidemia
b)
hipertensi
c)
Merokok
d)
Diabetes
e)
Obesitas
f)
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2.
Minor:
a)
Inaktifitas fisik
b)
Pola kepribadian tipe A
(emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
c)
Stress psikologis berlebihan.
C.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a.
Nyeri dada yang terjadi secara
mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah
dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b.
Keparahan nyeri dapat meningkat
secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
c.
Nyeri tersebut sangat sakit,
seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju
lengan (biasanya lengan kiri).
d.
Nyeri mulai secara spontan
(tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama
beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau
nitrogliserin (NTG).
e.
Nyeri dapat menjalar ke arah
rahang dan leher.
f.
Nyeri sering disertai dengan
sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa
melayang dan mual muntah.
g.
Pasien dengan diabetes melitus
tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes
dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2.
Laborat
Pemeriksaan Enzim jantung :
a.
CPK-MB/CPK
Isoenzim
yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b.
LDH/HBDH
Meningkat
dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c.
AST/SGOT
Meningkat
( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali
normal dalam 3 atau 4 hari
3.
EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya
gelombang T tinggi dan simetris. Setelah
ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya
gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
0 = tidak
mengalami nyeri
1 = nyeri
pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
2 = nyeri
lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya aktifitas, mislnya
kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk kepala dan lainnya.
D.
PATOFISIOLOGI
Umumnya infak miokart akut didasari
oleh adanya arterisklerosis pembuluh darah koroner. Nekrosis miokart akut
hampir slalu terjadi akibat penyumbatan total arteria koronaria oleh thrombus
yang bentuk pada plaque aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering ruptur.
Kerusakan miokard dari endokardium sampai epikardium, menjadi komplet dan
irefersibel dalam 3- 4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit, proses
remodeling miokard yang mengalami injuri terus berlanjut sampai beberapa minggu
karena daerah infak meluas dan daerah non infak mengalami dilatasi
Setelah terjadi infark miokard akut,
daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik dengan akibat
penurunan isi sekuncup ( strok volume ) dan peningkatan mekanisme akhir
sistilik dan akhir diastolik ventikrel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium
kiri yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan intersisium paru.
Pemburukan hemodinamik ini tidak saja disebabkan karena daerah infark, tetrapi
juga daerah iskemik disekitarnya. Miokard relatif masih baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan energik untuk mempertahankan curah
jantung, tatapi dengan kaibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasiini juga tidak akan memadai bila daerah yang berangkutan mengalami
iskemik ataujuga fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus kompensasi
masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal sebaikny abila infark dan
miokard yang harus kompensasi sudah buruk akibat siskemik atau infark tekanan
akhir diastolik, fentrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Terjadinya
penyakit mekanis akan rubtur seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi
mitral akut dan anirisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik
Aritmia merupakan penyulit IMA
tersering dan terjadi terutama pada menit – menit atau jam – jam pertama
setelah serangan. Hal inidisebabkan oleh perubahan – perubahan masa refrakter,
daya hantar rangsangan dan kkepekaaan terhadap rangsangan. Sistim saraf otonom
juga berperan basar terhadap terjadinya aritmia. Pada pasien IMA inferior
umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderuangan
bradi aritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior
akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark
E.
KOMPLIKASI
1.
Aritmia ; ekstra sistol,
bradikardia, AV block, takikardia, dan fibrilasi ventrikel
2.
Gagal jantung dan edema paru
3.
Shock
4.
Ruptur miokard
5.
Henti Jantung Nafas ( Cardio
Pulmonary Arrest )
F.
PATHWAYS
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q.
patologis
2.
Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3.
Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
4.
Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari
ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
5.
Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan
inflamasi.
6.
Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau
perfusi organ akut atau kronis
7.
GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru
akut atau kronis.
8.
Kolesterol atau Trigliserida
serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab
AMI.
9.
Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung
diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10.
Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan
katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11.
Pemeriksaan pencitraan nuklir
a.
Talium : mengevaluasi aliran
darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
b.
Technetium : terkumpul dalam
sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan
dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
13.
Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase
AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung
atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark
dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
H.
PENATALAKSANAAN
1.
Rawat ICCU, puasa 8 jam
2.
Tirah baring, posisi semi
fowler.
3.
Monitor EKG
4.
Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5.
Oksigen 2 – 4 lt/menit
6.
Analgesik : morphin 5 mg atau
petidin 25 – 50 mg
7.
Obat sedatif : diazepam 2 – 5
mg
8.
Bowel care : laksadin
9.
Antikoagulan : heparin tiap 4 –
6 jam /infus
10.
Diet rendah kalori dan mudah
dicerna
11.
Psikoterapi untuk mengurangi
cemas
12.
Pengobatan trombolitik sebagai
usaha reperfusi harus sudah dimulai dlam waktu 30 menit sejak pasien mulai
diperiksa. Pengobatan trombolitik memberi hasil yang baik bila diberikan dalam
jangka waktu 6 jam pertama setelah serangan
13.
obat anti platelet adalah
aspirin 160 mg – 32 mg di mulai hari pertama sekurang- kurangnya selama 30
hari, untuk mengurangi perluasan infark. Obat lain untuk mengurangi luas infark
adalah nitrat intravena atau per oral.
I.
PENGKAJIAN PRIMER
1.
Airways
-
Sumbatan atau penumpukan secret
-
Wheezing atau krekles
2.
Breathing
-
Sesak dengan aktifitas ringan
atau istirahat
-
RR lebih dari 24 kali/menit,
irama ireguler dangkal
-
Ronchi, krekles
-
Ekspansi dada tidak penuh
-
Penggunaan otot bantu nafas
3.
Circulation
-
Nadi lemah , tidak teratur
-
Takikardi
-
TD meningkat / menurun
-
Edema
-
Gelisah
-
Akral dingin
-
Kulit pucat, sianosis
-
Output urine menurun
J.
PENGKAJIAN SEKUNDER.
1.
Aktifitas
Gejala :
-
Kelemahan
-
Kelelahan
-
Tidak dapat tidur
-
Pola hidup menetap
-
Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
-
Takikardi
-
Dispnea pada istirahat atau
aaktifitas
2.
Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Tanda :
-
Tekanan darah
Dapat normal /
naik / turun
Perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
-
Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak
kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak
teratus (disritmia)
-
Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
-
Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot jantung
-
Friksi ; dicurigai Perikarditis
-
Irama jantung dapat teratur
atau tidak teratur
-
Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
-
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa
atau bibir
3.
Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan
, kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
4.
Eliminasi
Tanda : normal,
bunyi usus menurun.
5.
Makanan atau cairan
Gejala : mual,
anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
6.
Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7.
Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8.
Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
-
Nyeri dada yang timbulnya
mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan
istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
-
Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial,
dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
-
Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan,
seperti dapat dilihat
-
Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
-
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia
9.
Pernafasan:
Gejala :
-
dispnea tanpa atau dengan kerja
-
dispnea nocturnal
-
batuk dengan atau tanpa
produksi sputum
-
riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis.
Tanda :
-
peningkatan frekuensi
pernafasan
-
nafas sesak / kuat
-
pucat, sianosis
-
bunyi nafas ( bersih, krekles,
mengi ), sputum
10.
Interkasi social
Gejala :
-
Stress
-
Kesulitan koping dengan
stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
-
Kesulitan istirahat dengan
tenang
-
Respon terlalu emosi ( marah
terus-menerus, takut )
-
Menarik diri
K.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
1.
Nyeri berhubungan dengan
iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
Ø nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
Ø wajah meringis
Ø gelisah
Ø delirium
Ø perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
selama di RS
Kriteria
Hasil:
Ø Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
Ø ekpresi wajah rileks /
tenang, tak tegang
Ø tidak gelisah
Ø nadi 60-100 x / menit,
Ø TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
Ø Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
Ø Anjurkan pada klien
menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
Ø Bantu klien melakukan tehnik
relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan
imajinasi.
Ø Pertahankan Olsigenasi dengan
bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
Ø Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
Ø Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam pemberian analgetik.
2.
Resiko penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik
miokard
Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
Ø Tidak ada edema
Ø Tidak ada disritmia
Ø Haluaran urin normal
Ø TTV dalam batas normal
Intervensi :
Ø Pertahankan tirah baring selama fase akut
Ø Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD
Ø Monitor haluaran urin
Ø Kaji dan pantau TTV tiap jam
Ø Kaji dan pantau EKG tiap hari
Ø Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Ø Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
Ø Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
Ø Berikan makanan sesuai diitnya
Ø Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )
3.
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan
pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
Ø Daerah perifer dingin
Ø EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
Ø RR lebih dari 24 x/ menit
Ø Kapiler refill Lebih dari 3 detik
Ø Nyeri dada
Ø Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru
( tidak selalu )
Ø HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2
< 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
Ø Nadi lebih dari 100 x/ menit
Ø Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi
jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di
RS.
Kriteria Hasil:
Ø Daerah perifer hangat
Ø tak sianosis
Ø gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
Ø RR 16-24 x/ menit
Ø tak terdapat clubbing finger
Ø kapiler refill 3-5 detik
Ø nadi 60-100x / menit
Ø TD 120/80 mmHg
Intervensi :
Ø Monitor Frekuensi dan irama jantung
Ø Observasi perubahan status
mental
Ø Observasi warna dan suhu
kulit / membran mukosa
Ø Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
Ø Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
Ø Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit
, GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ).
Dan Pemberian oksigen
4.
Resiko kelebihan volume cairan
ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium
/ retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan selama
di RS
Kriteria Hasil :
Ø tekanan darah dalam batas normal
Ø tak ada distensi vena
perifer/ vena dan edema dependen
Ø paru bersih
Ø berat badan ideal ( BB
idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi :
Ø Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat
konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
Ø Observasi adanya oedema dependen
Ø Timbang BB tiap hari
Ø Pertahankan masukan total
caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
Ø Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.
5.
Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru,
perubahan membran alveolar- kapiler (
atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar
edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai
dengan :
Ø Dispnea berat
Ø Gelisah
Ø Sianosis
Ø perubahan GDA
Ø hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2
< 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di RS.
Kriteria hasil :
Ø Tidak sesak nafas
Ø tidak gelisah
Ø GDA dalam batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2
> 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
Intervensi :
Ø Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu
pernafasan
Ø Auskultasi paru untuk
mengetahui penurunan / tidak adanya
bunyi nafas dan adanya bunyi
tambahan misal krakles, ronki dll.
Ø Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas
misalnya , batuk, penghisapan lendir
dll.
Ø Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
Ø Kaji toleransi aktifitas misalnya
keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.
6.
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan
miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam
aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria
Hasil :
Ø klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
Ø frekuensi jantung 60-100 x/
menit
Ø TD 120-80 mmHg
Intervensi :
Ø Catat frekuensi jantung,
irama, dan perubahan TD selama dan
sesudah aktifitas
Ø Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
Ø Batasi aktifitas pada dasar nyeri
dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.
Ø Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah mkan.
Ø Kaji ulang tanda gangguan
yang menunjukan tidak toleran terhadap
aktifitas atau memerlukan pelaporan pada
dokter.
7.
Cemas berhubungan dengan
ancaman aktual terhadap integritas biologis
Tujuan :
cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama di RS
Kriteria Hasil :
Ø Klien tampak rileks
Ø Klien dapat beristirahat
Ø TTV dalam batas normal
Intervensi :
Ø Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
Ø Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Ø Ajarkan tehnik relaksasi
Ø Minimalkan rangsang yang membuat stress
Ø Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
Ø Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang
dengan suasana tenang
Ø Berikan support mental
Ø Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi
8.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi tentang fungsi
jantung / implikasi penyakit
jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan
pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang kondisi
penyakitnya menguat setelah
diberi pendidikan kesehatan selama di RS
Kriteria Hasil :
Ø Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana
pengobatan, tujuan pengobatan & efek
samping / reaksi merugikan
Ø
Menyebutkan gangguan yang memerlukan
perhatian cepat.
Intervensi :
Ø Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku,
program audio/ visual, Tanya jawab dll.
Ø Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam
) dan aktifitas yang berlebihan,
Ø Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava
Ø Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh :
jalan, kerja, rekreasi aktifitas seksual.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
SISTEM KARDIOVASKULER
PADA TN. M DI RUANG IGD RS Dr. KARIADI SEMARANG
A.
Identitas Klien
Nama : Tn.
M
Umur : 78
tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Register : 226427
Diagnosa Medis : AMI
Tanggal Masuk : 24
Juli 2007 jam 14.30
B.
Keluhan Utama : Nyeri dada kiri
C.
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien mengatakan kemarin sore tanggal 23 Juli 2007 dada
kirinya terasa nyeri lalu menjalar ke lengan kiri sehingga tangan kiri terasa
kram, nyeri semakin parah kalau dibuat untuk aktivitas. Tanggal 24 Juli 2007
jam 11.00 nyeri semakin parah hingga pasien merasa lemah, lalu keluarga membawa
pasien periksa ke dokter dan disarankan dibawa ke rumah sakit untuk dirawat
inap. Tanggal 24 Juli 2007 jam 14.30 pasien masuk di ruang IGD RS Dr. Kariadi
dan didiagnosa AMI.
D.
Pengkajian
1.
Airways
-
Tidak ada keluhan batuk, tidak
ada ronkhi, tidak ada wheezing.
2.
Breathing
-
Tidak ada keluhan sesak, RR =
32 x / menit.
-
Tidak ada penggunaan alat bantu
pernapasan.
3.
Circulation
-
N = 96 x / menit.
-
TD = 150 / 90 mmHg.
-
Ekstremitas dingin, sering
mengeluarkan keringat dingin.
-
Kulit pucat.
4.
Disability
-
KU : kesakitan, kesadaran
compormentis, reaksi terhadap cahaya positif,
Pengkajian fokus
Nyeri : Pasien mengeluh nyeri dada, seperti
diremas-remas, ditusuk-tusuk dan terasa ditindih benda berat sekali. Skala
nyeri 8.
Pemeriksaan fisik secara fokus
-
KU : kesakitan
-
Kesadaran : CM
-
TTV
-
TD : 150 / 90 mmHg
-
N : 96 x / menit
-
RR : 32 x / menit
-
S : 36 0C
E.
Pengkajian Fokus
No.
|
Tanggal
|
Data DS dan DO
|
TTD
|
1
|
24-07-07
|
DS : – Klien mengeluh nyeri dada
seperti diremas-remas, ditusuk-tusuk
- Klien mengeluh dadanya terasa berat seperti ditindih benda berat.
- Klien mengatakan khawatir, merasa takut untuk beraktivitas
sedikitpun.
- Klien merasa cemas, takut akan terjadi sesuatu pada dirinya.
DO : – Skala nyeri = 8
- Wajah tampak meringis kesakitan.
- Klien tampak memegangi dada kirinya.
- RR = 32 x / menit
- N = 96 x / menit
- TD = 150 / 90 mmHg
- Ekstremitas dingin, keluar keringat dingin, kulit pucat.
- Klien tampak cemas dan ketakutan.
|
|
F.
Analisa Data
No.
|
Tanggal
|
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
TTD
|
1.
2.
3.
4.
|
24-07-2007
|
DS : – Klien mengeluh nyeri dada kirinya seperti
ditusuk-tusuk dan diremas-remas.
- Klien juga mengeluh dadanya terasa berat seperti ditindih benda
berat.
DO : – Skala
nyeri = 8
- Klien tampak meringis kesakitan.
- Klien tampak memegangi dada kirinya.
- TD = 150/90 mmHg, N = 96x/mnt, RR = 32x/mnt.
DS : – Klien mengatakan kuatir, merasa takut untuk
beraktivitas sedikitpun.
- Klien mengatakan merasa lemah, jika beraktivitas nafasnya terasa
cepat sekali.
DO : – Klien
tampak lemah.
- Klien tampak berbaring di atas tempat tidur sambil mengatur
nafasnya.
DS : – Klien merasa cemas dan ketakutan akan
penyakitnya.
DO : – Klien
tampak cemas.
- Klien tampak bingung dan ketakutan.
DS : – Klien mengeluh nafasnya cepat, seperti habis
berlari-lari (ngos-ngosan).
DO : TD = 150/90
mmHg
N = 96x/mnt, regular, kuat
Ekstremitas dingin
Kulit pucat.
|
Nyeri dada
Intoleransi
aktivitas
Kecemasan
Resiko penurunan
COP
|
Iskemik jaringan
sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
Ketidak
seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan tubuh.
Ancaman kematian
atau perubahan kesehatan.
Peningkatan
tahanan vaskuler sistemik.
|
|
G.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri dada berhubungan dengan
iskemik jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
2.
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan
kebutuhan tubuh.
3.
Kecemasan berhubungan dengan
ancaman kematian / perubahan kesehatan.
4.
Resiko penurunan COP
berhubungan dengan peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
H.
Rencana Keperawatan
No
|
Dx. Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
TTD
|
1.
2.
3.
4.
|
Nyeri dada
berhubungan dengan iskemik jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2
dengan kebutuhan tubuh.
Kecemasan
berhubungan dengan ancaman kematian / perubahan kesehatan.
Resiko penurunan
COP berhubungan dengan peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit nyeri dada klien berkurang
dengan KH :
- Skala nyeri 1 – 5
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Klien tenang.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam toleransi aktivitas pasien meningkat
dengan KH :
- Frekuensi jantung dan TD dalam batas normal
- Kulit hangat, merah muda.
- Frekuensi pernafasan normal.
- Melaporkan tidak angina / terkontrol dalam rentang waktu selama
th/.
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cemas berkurang dengan KH :
- Cemas berkurang.
- Pasien tampak tenang.
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam penurunan COP tidak terjadi
dengan KH :
- TD, RR dan N batas normal.
- Tidak ada keluhan sesak.
|
- Monitor KU dan TTV.
- Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi).
- Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam dan perlahan).
- Kolaborasi pemberian oksigen dan th/ obat.
- Monitor KU dan TTV.
- Monitor frekuensi irama jantung.
- Meningkatkan istirahat dan batasi aktivitas, jelaskan peningkatan
aktivitas bertahap.
- Menganjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan
abdominal (mengejan dll).
- Kaji tingkat kesemasan pasien
- Anjurkan keluarga terdekat untuk memberikan support
- Jelaskan pada pasien tentang kondisi dan situasi saat ini.
- Pantau TD, RR, dan nadi
- Auskultasi adanya murmur.
- Auskultasi bunyi nafas.
- Kolaborasi O2 sesuai kebutuhan.
- Lakukan ECG.
|
|
I.
Implementasi dan
Evaluasi
No Dx
|
Tanggal
|
Implementasi
|
Respon
|
Evaluasi
|
TTD
|
1.
2.
3.
|
24-07-2007
24-07-2007
24-07-2007
|
- Monitor KU dan TTV.
- Memantau nyeri.
- Mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam dan perlahan).
- Memberikan O2.
- Melakukan pemasangan infuse dan pemberian obat anti nyeri.
- Menjelaskan pada klien untuk meningkatkan istirahat, membatasi
aktivitas dan peningkatan aktivitas secara bertahap.
- Menganjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan
abdominal (mengejan).
Mengkaji tingkat kecemasan.
|
S : Klien mengeluh kesakitan
terutama dada kiri.
O : KU = kesakitan, CM
N = 96 x/mnt
RR = 32 x/mnt
TD = 150/90 mmHg
S : Klien mengeluh nyeri dada
terasa seperti ditusuk-tusuk, diremas-remas dan seperti ditindih benda berat.
O : Skala nyeri 8
Nyeri dada kiri
S : -
O : Klien tampak menarik nafas
dalam secara perlahan.
S : -
O : O2
3 liter, canul
S : -
O : Infus 20
Hs/mnt
S : Klien mengatakan kalau
banyak bergerak dadanya semakin terasa nyeri.
O : Klien tampak berhati-hati
dalam bergerak.
S : Klien mengatakan tidak
akan melakukan mengejan dulu.
O : Pasien tampak sering nafas
dalam secara perlahan.
S : Pasien mengatakan takut
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
O : Pasien tampak tegang, cemas
dan bingung.
|
S : Klien mengatakan masih
nyeri tapi sudah berkurang dengan adanya O2.
O : Klien tampak tenang skala
nyeri
A : Masalah belum teratasi
penuh.
P : Pasien dipindahkan ke
ruang Hasan untuk dilanjutkan th/ yang diberikan.
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Carolyn M. Hudak. Critical
Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa :
Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
2.
Susan Martin Tucker. Patient
Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
3.
Lynda Juall Carpenito. Handbook
Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
4.
Long, B.C. Essential of
medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih
bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan
tahun 1989)
5.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.
Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th
Edition. Alih bahasa : Waluyo, A.
Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
6.
Corwin, E.J. Handbook of
pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)
7.
Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology:
Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa
: Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
8.
Doengoes, M.E., Moorhouse,
M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and
documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999
(Buku asli diterbitkan tahun 1993)
9.
Suyono, S, et al. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
10.
Arif Mansjoer. Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000
11.
Sandra M. Nettina , Pedoman
Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar