KEYAKINAN DAN HARAPAN MELAKUKAN LEBIH BAIK DARIPADA OBAT

Rabu, 09 Oktober 2013

neurobevaviour (stroke)

BAB I
PENDAHULUAN


         Latar Belakang
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap no 1 di seluruh dunia.
  
Pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia, saat ini diingatkan bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6 detik seseorang meninggal karena stroke . Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030.

Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Pada tahun 2010, Amerika telah menghabiskan $ 73,7 juta untuk menbiayai tanggungan medis dan rehabilitasi akibat stroke.
Secara normal darah mengangkut oksigen dan nutrisi untuk sel – sel otak. Tanpa aliran darah , sel otak akan cepat mati. Setiap detik 32.000 sel otak yang tidak mendapat suplai oksigen akan mati.

Stroke merupakan suatu penyakit defisit neurologis yang bersifat mendadak. Penyebabnya adalah gangguan pada aliran pembuluh darah di otak. beberapa hal yang dapat menyebabkan terganggunya aliran darah di otak antara lain adalah terbentuknya sumbatan pada pembuluh darah ( stroke iskemik ) maupun pecahnya pembuluh darah (stroke perdarahan), yang sama – sama dapat menyebabkan aliran suplai darah ke otak terhenti dan muncul gejala kematian jaringan otak.

Menurut dr.Yuda Turana Sp.S saat ini bukan hanya gejala kelemahan tubuh saja yang menjadi fokus utama tetapi bisa saja terkena gangguan pada fungsi kognitif seperti lupa mendadak, gelap satu mata, pusing, bicara pelo / cadel mendadak, gangguan menelan, kesemutan seluruh badan mendadak, gangguan keseimbangan mendadak.Stroke dapat menyebabkan gangguan baik fisik maupun emosional seseorang.

         Tujuan Penulisan
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Blok Neurobehavier dan agar kita dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit stroke.

         Sistematika
BAB I             Pendahuluan berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, dan Sistematika
BAB II                        Landasan Teori berisi Anatomi dan Fisiologi Peredaran Darah Otak
BAB III          Pembahasan Stroke berisi Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis, Asuhan Keperawatan












BAB II
LANDASAN TEORI


         Anatomi dan Fisiologi Peredaran Darah Otak
         Anatomi Otak


Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
         Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
         Lobus Frontal 
merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

         Lobus Parietal 
berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

         Lobus Temporal 
berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

         Lobus Occipital 
ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

         Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.

         Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
         Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain)
Adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

         Medulla oblongata 
Adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

         Pons 
Merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

         Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem Limbik terletak pada bagian tengah otak membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung  menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.

         Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang berbentuk silinder memanjang dan terletak seluruhnya di dalam canalis verterbalis, dikeliling oleh tiga lapis selaput pembungkus yang di sebut meninges. Apalagi lapisan-lapisan, struktur-struktur dan ruangan-rungan yang mengeliling medulla spinalis itu disebutkan dari luar ke dalam secara berturut-turut, maka terdapatlah :
         Dinding canalis verterbralis (terdiri atas vertebrae dan ligmenta)
         Lapisan jaringan lemak (ekstradural) yang mengandung anyaman pembuluh-pembuluh darah vena
         Dura mater
         Arachnoidea
         Ruang subrachnoidal (cavitas subarachnoidealis), yang antara lain berisi liquor cerebrospinalis
         Pia mater, yang kaya dengan pembuluh-pembuluh darah dan yang langsung membungkus permukaan sebelah luar medulla spinalis.

Lapisan meninges terdiri atas pachymeninx (dura meter) dan leptomeninx (arachnoidea dan pia meter). Lapisan arachnoidea menempel langsung pada permukaan sebelah dalam dura meter, sehingga di antara kedua lapisan ini dalam keadaan normal tidak dijumpai suatu ruangan. Ruangan subarachoidal selain mengelilingi medulla spinalis, juga mengelilingi radices dan ganglia. Di dalam cavitas subarachoidealis selain liquor cerebrospinalis, juga dapat dijumpai septum subarachnoideale, ligmentum denticulatum dan pembuluh-pembuluh darah. Septum subarachoideale merupakan perluasan lapisan pia meter yang terbentang antara sulcus medianus dorsalis medulla spinalis dan permukaan sebelah dalam aracnoidea. Ligamentum denticulatum juga dapat dianggap sebagi perluasan pia meter yang terbentang antara permukaan lateral medulla spinalis dan kearah lateral melekat pada permukaan sebelah dalam arachoidea dengan perantara titik-titik perlekatan yang terletak di antara pangkal-pangkal radices n. Spinalis yang berdekatan.
Pada tubuh dewasa, panjang medulla spinalis adalah sekitar 43 sentimeter. Pada masa kehidupan intrauterina usia 3 bulan, panjang medulla spinalis sama dengan panjang canalis vertebralis, sedang dalam masa-masa berikutnya terjadi suatu perbedaan kecepatan pertumbuhan memnjang, canalis vertebralis tumbuh lebih cepat dari pada medulla spinalis, sehingga ujung caudal medulla spinalis berangsur-angsur terletak pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi. Pada masa kehidupan intrauterina usia 6 bulan, ujung caudal corpus vertebrae lumbalis III; pada saat lahir ujung tersebut sudah terletak setinggi tepi caudal corpus vertebrae lumbalis II. Pada usia dewasa, ujung caudal medulla spinalis biasanya terletak setinggi tepi cranial corpus vertebrae lumbinalis I dan II. Posisi ujung caudal medulla spinalis ini dapat  menunjukkan variasi satu corpus vertebrae ke arah cranial atau caudal.
Perbedaan panjang antara medulla spinalis dan canalis vertebrae ini mempunyai makna dalam dua hal, sebagai:
         Pembentukan cauda equeina. Pada tinggkat manapun sekmen-sekmen medulla spinalis terletak radices nervispinalis selalu akan kluar dari canalis vertebralis melalui vronamina intervertebralia yang sesuai didaerah servikal bagian kranial redices tersebut berjalan keluar secara hampir horisontal, akan tetapi makin kearah tingkat-tingkat yang lebih caudal, radices nervi lumbales bagian caudal dan radices nervi sacralis praktis berjalan secara vertikal kearah caudal untuk beberapa saat sebelum mereka dapat mencapai foreminal intervertebralia yang sesuai, yang terletak beberapa sekmen di sebelah caudal tempat radices tersebut keluar dari permukaan medulla spinalis. Oleh karena itu caudal equena merupakan struktur yang terdiri atas radices nervi lumbalis bagian caudal dan radices nervi sacralis disebelah caudal conus medularis. Conus medularis merupakan bagian paling caudal medulla spinalis yang berbentuk krucut dan terutama terdiri dari atas segmen-segmen sacral medulla spinalis.

         Punksi lumbal. Kearah caudal cavitas subarachnoidealis akan berakhir setinggi segmen sacral II atau III columna vertebralis jadi pada orang dewasa setinggi antara tepi caudal corvus vertebrae lumbalis I dan corpus vertebrae sacralis II atau III tidak lagi terdapat medulla spinlis, akan tetapi bhanya terdapat caudal equina yang terapung-apung di dalam liquor cerebrospinalis di dalam suatu ruangan subrachnoidal yang luas. Dari daerah inilah liquor cerebrospinalis itu dapat diambil melalui sesuatu tindakan yang disebut punksi lumbal untuk kepentingkan diagnostik atau pengobatan. Pada tindakan ini jarum punksi biasanya ditusukkan ke dalam cavitas subrachnoidealis menembus ligamentum flavum yang terbentang antara vertebrae lumbales III dan IV (atau vertebrae lumbales IV dan V). Dalam tindakan ini caudal equina biasanya tidak mengalami cedera, oleh karena ia terapung-apung secara agak bebas didalam eliquor serebrospinalis, dan ketika jarum punksi mencapai ruangan subara chnoidal tersebut, radices nervispinalis terdesak ke samping.

         Sirkulasi Peredaran Darah Otak 
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dan dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial..

         Fisiologi Otak 
Sistem karotis terutama melayani hemisfer otak dan sistem vertebrabasilaris terutamamemberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian posterior hemisfer. Aliran darah diotak (ADO) dipengaruhi terutama oleh 3 faktor.
         Tekanan untuk memompa darah dari sistem arteri kapiler ke sistem vena
         Tahanan (perifer) pembuluh darah otak
         Viskositas dan koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku).

Dari faktor pertama, yang penting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung,darah, pembuluh darah dan lain-lain) dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak (arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanandarah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut daya otoregulasi pembuluh darah otak yang berfungsi normal bila tekanan sistolik antara 50 – 150 mmHg.Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga diantaranya sepertikadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap diameter arteriol. Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta suasana jaringan yang asam ( pH rendah ),menyebabkan vasodilatasi, sebaiknya bila tekanan parsial CO2 turun, PO2 naik, atausuasana pH tinggi, maka terjadi vasokontriksi. Viskositas/kekentalan darah yang tinggimengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas yang besar juga memudahkan terjadinyatrombosis dan aliran darah lambat, akibat ADO yang menurun. .( Harsono, 1996 : 82-83)

BAB III
PEMBAHASAN STROKE


         Definisi
      Stroke  atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002).
      Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
       Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
      Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa  pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.

         Klasifikasi Stroke
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
         Stroke Non Hemoragik
       Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan).(Wanhari, 2008).
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
         Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
         Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
         Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.

         Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
         Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
         Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.





         Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian yaitu:
         Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
         Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.
         Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
         Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

      Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.

Faktor resiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah:
         Yang tidak dapat diubah: usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium.
         Yang dapat diubah: hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat.

         Hipertensi
Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah serebral.
2)   Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang diikuti oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3)   Kelainn jantung
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak
4)   Diabetes melitus
Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran darah kususnya serebral
5)   Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak
6)   Polocitemia
Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun
7)   Peningkatan kolesterol
Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus dari lemak
8)   Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
9)   Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis
10)         Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah. (pembuluh darah menjadi kaku)



         Patofisiologi

Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
 Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian.
 Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

         Manifestasi Klinik
         Defisit lapang penglihatan
         Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari
         Diplopia : penglihatan ganda

         Defisite motorik
         Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama
         Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki
         Ataksia : berjalan tidak mantap
         Disartria : kesulitan dalam membentuk kata

         Defisit sensori
         Kebas dan semutan pada bagian tubuh

         Defisit verbal
         Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami
         Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal.
         Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif

         Defisit kognitif
         Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
         Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
         Perubahan penilaian

         Defisit emosional
         Kehilangan kontrol diri
         Labilitas emosional
         Penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres
         Depresi
         Menarik diri
         Rasa takut, bermusuhan dan marah

         Pemeriksaan Penunjang
         Pemeriksaan radiologi :
         Head CT Scan
Pada stroke non hemorhargi terlihat adanya infark sedangkan pada stroke haemorhargi terlihat perdarahan.

         Elektrokardiografi (EKG)
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan dalam suplai darah ke otak.

         Elektro Encephalo Grafi
Mengidentifikasi masalah berdasarkan gelombang otak, menunjukkan area lokasi secara spesifik.

         Angiografi cerebral
Pada cerebral angiografi membantu secara spesifik penyebab stroke seperti perdarahan atau obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat letak
oklusi atau ruptur.
         Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, haemorhargi, Malformasi Arterior Vena (MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibanding CT Scan.

         Ultrasonografi dopler
Mengidentifikasi penyakit Malformasi Arterior Vena .

         X-Ray kepala
Menurut Wibowo (1991), pemeriksaan X-Ray kepala dapat menunjukkan
perubahan pada glandula peneal pada sisi yang berlawanan dari massa yang
meluas, klasifikasi karotis internal yang dapat dilihat pada trombosis cerebral,
klasifikasi parsial pada dinding aneurisme pada perdarahan subarachnoid


         Foto thorax
Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
         Pemeriksaan laboratorium :
         Pemeriksaan lumbal pungsi
Pada pemeriksaan pungsi lumbal untuk pemeriksaan diagnostik diperiksa kimia sitologi, mikrobiologi, virologi . Disamping itu dilihat pula tetesan cairan cerebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warna dan tekanan yang menggambarkan proses terjadi di intra spinal. Pada stroke non hemorargi akan ditemukan tekanan normal dari cairan cerebrospinal jernih. Pemeriksaan pungsi cisternal dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi lumbal. Prosedur ini dilakukan dengan supervisi neurolog yang telah berpengalaman.

         Pemeriksaan darah Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan darah, jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal dan mekanisme pembekuan darah. Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. Pemeriksaan darah lengkap juga dapat digunakan untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

         Penentu Kadar Fibrinogen Plasma
Variasi geografis mungkin ikut menentukan kadar fibrinogen. Orang Jepang mempunyai kadar fibrinogen yang lebih rendah dari pada orang Kaukasus di Amerika Serikat). Kadar fibrinogen juga meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Pada perokok ditemukan kadar fibrinogen lebih tinggi dari pada bukan perokok; dan penghentian merokok dapat menurunkan kadar fibrinogen tetapi memerlukan waktu 5 tahun sampai kadar fibrinogen sama dengan orang yang tidak pernah merokok. Kadar fibrinogen juga ditemukan lebih tinggi pada wanita, tetapi ada yang mendapatkan lebih tinggi pada Iaki-laki; pada wanita pengguna pil kontrasepsi, kehamilan, menopause, dan pengguna terapi pengganti hormon. Pada penderita obesitas, intoleransi glukosa atau diabetes melitus, kurang latihan. hiperlipidemia. hipertensi juga ditemukan mempunyai kadar fibrinogen plasma yang tinggi
Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingginya kadar fibrinogen adalah faktor sosial ekonomi dan pekerjaan. Namun dikatakan kemungkinan faktor ini berkaitan dengan faktor-faktor lain seperti, merokok, obesitas, atau kurang latihan. Faktor genetik tampaknya juga berperan, terutama pada polimorfisme pada gen β. Sedangkan kadar fibrinogen yang rendah dapat ditemukan pada peminum alkohol, pembawa virus hepatitis B, atau penderita sirosis hati

Tabel 1 : Kemungkinan Penentu Kadar Fibrinogen
Kadar Fibrinogen Tinggi
Kadar Fibrinogen Rendah
Kulit hitamLaki-lakiUmur tua
Obesitas
Kolesterol total tinggi
Menopause
Kelas ekonomi rendah
Kurang latihan
Pemakai pi1 kontrasepsi
Hitung leukosit tinggi
Stres
Diet tinggi karbohidrat
Kulit putihWanitaKonsumsi alkohol teratur
Latihan fisik teratur
Pengganti hormon post menopause
Diet tinggi n-6 atau n-3 asam-lemak tak jenuh ganda


         Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan stroke terdiri atas:
           Penatalaksanaan stroke iskemik, dibedakan pada fase akut dan fase pasca akut
         Pada fase akut, sasaran pengobatan adalah untuk menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan harus menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup. Memantau jalan nafas, fungsi pernafasan dan sirkulasi serta penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme otak yang menderita. (asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat hemoragik)
         Pada fase pasca akut, sasaran pengobatan dititik beratkan pada tindakan rehabilitasi penderita dengan fisioterapi. Terapi wicara dan psikoterapi serta pencegahan terulangnya stroke dengan jalan mengobati dan menghindari faktor risiko stroke.

           Penatalaksanaan stroke hemoragik
Mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.
Penderita biasanya berada dalam keadaan koma, maka pengobatan dibagi dalam pengobatan umum dan pengobatan spesifik.
         Pengobatan umum, dengan memperhatikan jalan nafas dan pernafasan, menjaga tekanan darah, mencegah terjadinya edema otak, memperhatikan balans cairan serta memperhatikan fungsi ginjal dan pencernaan.

         Pengobatan spesifik, dengan pengobatan kausal yaitu pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan hemostasis, misalnya dengan menggunakan asam traneksamat. Untuk stroke hemoragik dengan perdarahan subaraknoidal, setelah lewat masa akut, dianjurkan angiografi untuk mencari lesi sumber perdarahan, bila ditemukan maka bisa dilakukan operasi bedah saraf.


         Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah:
       Hipoksia serebral
Diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
       Penurunan aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
       Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

         Asuhan Keperawatan
         Pengkajian
         Identitas
Nama                                  : Tn. I
Jenis Kelamin                     : Laki-laki
Usia                                    : 75 th

         Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan klien pingsan sudah 20 menit.

         Riwayat Kesehatan
         Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan “ klien pernah dirawat karena stroke 3 tahun yang lalu dan kaki kiri klien menjadi lemah.”

         Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan “ klien pusing sudah 2 hari, riwayat hipertensi dan sakit gula.”

         Pemeriksaan Fisik
         Keadaan umum                       :  umunya mengalami penurunan kesadaran
         Body sistem
(pernafasan)                            : biasanya terdengan ronki/mengi
         Sistem neurologi        
                (pemeriksaan motorik)        : Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan
                                                  pada stu sisa tubuh.
    (pemeriksaan sensorik)        : Dapat terjadi sensibilitas pada satu/ lebih anggota
                                                  Tubuh.
    (pemeriksaan reflek)            : penurunan respon tubuh terhadap rangsangan.
    (sistem perkemihan)            : Terjadi perubahan pola berkemih seperti inkontinental
   urin, anuria distensi kadang kemih berlebihan.
                 (sistem ganguan tract)        : Pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi                                                         akibat dari penurunan paristaltik usus.
                 (sistem uskuleskeletal)       : Biasanya terjadi kejang otot / nyeri otot, bisa
   terjadi clecubitus jika bedrest yang cukup lama.      Kesukaran untuk beraktifitas karena kelemahan.

         Data Fokus
No.
Data Subjektif
Data Objektif
1.
  Klien mengeluh pusing sejak 2 hari
  Keluarga klien mengatakan klien punya riwayat hipertensi dan sakit gula
  Klien mengatakan pernah sakit stroke 3 tahun lalu
  Klien mengatakan kaki kirinya menjadi lemah
  Klien mengatakan merokok 1 bungkus/hari
   Klien mengatakan sulit untuk berbicara
  Klien mengatakan BBnya turun dari 70kg menjadi 65kg.
  Klien mengatakan sulit untuk menggerakan tubuhnya
  Klien megatakan tidak tahu bagaimana mengatasi penyakitnya.
Klien mengatakan sulit untuk bernafas.
   bibir asimetris
   Hemiparese siniatra (+)

Data Tambahan :
   Klien tampak gelisah
   Penurunan kesadaran
  Penurunan dalam rasa dan reflek
  Hasil CT Scan  terdapat thrombosis pada hemisfer kanan
   TD : 190/100 mmHg
  ND : 100 x/menit
  RR : 28 x/menit
   Klien tampak sulit berbicara (disartria)
  Klien tampak pucat
  Klien tampak dibantu dalam melakukan aktifitasnya.
   Terdapat lesi di bagian kaki kiri (luka tekan)
   Ketidakmampuan menghasilkan komunikasi tertulis.
   Konjungtifa anemis
   Mual , muntah
   Hasil LAB   albumin =  2,5 g/dl     ,, Hb = 8 gr/%
  Klien tampak lemah
  Klien terlihat bingung dan cemas
   Bunyi nafas ronchi
  Terjadinya komplikasi yang tidak dapat
dicegah.
  Klien tampak meminta informasi
  Sesak napas




         Analisa Data
No.
Data Fokus
Masalah
Etiologi
1.
Ds : Klien mengeluh pusing
Klien mengatakan merokok 1 bungkus/hari
Keluarga klien mengatakan klien punya riwayat hipertensi dan sakit gula

Do : Klien tampak pucat
Klien tampak gelisah
Penurunan kesadaran
Penurunan dalam rasa dan reflek
Hasil CT Scan  terdapat thrombosis pada hemisfer kanan
 TD : 190/100 mmHg
ND : 100 x/menit
RR : 28 x/menit

Perubahan perfusi jaringan :serebral
interupsi aliran darah : ganguan oklusif, hemoragi.
2.
DS: klien mengatakan sulit untuk bernapas.
Do:
ND : 100 x/menit
RR : 28 x/menit
Bunyi nafas ronchi
Sesak nafas.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
penumpukan sputum (karena kelemahan neuromuskuler pernafasan, hilangnya reflek batuk)
3.
DS :
Klien mengatakan kaki kirinya menjadi lemah
Do:
Hemiparese siniatra (+).
Hasil CT Scan  terdapat thrombosis pada hemisfer kanan.
Klien tampak dibantu dalam melakukan aktifitasnya.
Terdapat lesi di bagian kaki kiri (luka tekan).

Kerusakan mobilitas fisik
keterlibatan neuromuskuler : kelemahan.
4.
Ds : Klien mengatakan sulit untuk berbicara
Do : bibir asimetris,
Klien tampak sulit berbicara (disartria),
Ketidakmampuan menghasilkan komunikasi tertulis.

Kerusakan komunikasi verbal dan/atau (tertulis)
kerusakan sirkulasi serebral : kerusakan neuromuskuler, kehilanagan tonus/ control otot fasial/oral.
5.
Ds : Klien mengatakan BBnya turun dari 70kg menjadi 65kg.
Do :
Klien tampak pucat,
Hasil LAB   albumin =  2,5 g/dl     ,, Hb = 8 gr/%,
Mual , muntah.
Konjungtifa anemis.
gangguan  pemenuhan nutrisi dari kebutuhan
koordinasi otot untuk menelan makanan menurun.
6.
Ds :
Klien mengatakan sulit untuk menggerakan tubuhnya

Do:
Hemiparese siniatra (+)
Penurunan kesadaran
TD : 190/100 mmHg
ND : 100 x/menit
RR : 28 x/menit
Klien tampak dibantu dalam melakukan aktifitasnya.
Klien tampak lemah
Kurang perawatan diri
kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan control/koordinasi otot.
7.
Ds: Klien megatakan tidak tahu bagaimana mengatasi
penyakitnya.
Klien mengatakan ketidakakuratan mengikuti instruksi
Do: Klien terlihat bingung dan cemas terhadap penyakitnya.
Klien tampak gelisah.
Klien tampak meminta informasi ,
Terjadinya komplikasi yang tidak dapat dicegah.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan
keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi


         Diagnosa Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tanggal ditemukan
Tanggal Teratasi
1.
Perubahan perfusi jaringan :serebral b.d interupsi aliran darah : ganguan oklusif, hemoragi.


2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sputum (karena kelemahan neuromuskuler pernafasan, hilangnya reflek batuk)


3.
Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler : kelemahan.


4.
Kerusakan komunikasi verbal dan/atau (tertulis) b.d kerusakan sirkulasi serebral : kerusakan neuromuskuler, kehilanagan tonus/ control otot fasial/oral.


5.
 gangguan  pemenuhan nutrisi dari kebutuhan b.d koordinasi otot untuk menelan makanan menurun.


6.
Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan control/koordinasi otot.


7.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan b.d keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi informasi




         Intervensi Keperawatan
No Dx.
Tujuan Tindakan Keperawatan
Intervensi
Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien diharapkan : tingkat kesadarannya membaik  (GCS meningkat)
Tidak gelisah
TTV stabil : TD = 130/90 mmHg. ND = 80x/menit. RR= 20x/menit
Fungsi kognitif dan motoriknya membaik
TIK normal
   Pantau status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaaan normalnya/standar.






   Pantau tanda-tanda vital seperti catat : ~Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang terbaca pada kedua lengan.


















~Catat pola dan irama pernafasan.







Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti  fungsi bicara jika pasien sadar





~Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral).



Kolaborasi:
   Beri O2 sesuai indikasi.





   Beri obat sesuai indikasi :
~antikoagulasi, seperti natrium warfarin (caumadin), heparin.














~ antihipertensi









Pantau pemeriksaan LAB sesuai indikasi, seperti masa protombin, kadar dilantin.
  Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui likasi, luas, dan kemajuan/resolusi kerusakan  SSP. Dapat menunjukkan TIA yang merupakan tanda terjadinya thrombosis CVS baru.
   Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan/trauma serebral pada aderah vasomotor otak. Hipertensi atau hipotensi  dapat menjadi factor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok (kolaps sirkulasi vaskuler). Peningkatan TIK dapat terjadi (karena edema, Adanya faktormasi bekuan darah. Tersumbatnya arteri subklavia dapat dinyatakan dengan Adanya perbedaan tekanan pada kedua lengan.

~Ketidakteraturan pernafasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral/peningkatan TIK dan kebutuhan untuk intervensi selanjutnya termasuk kemungkinan perlunya dukungan terhadap pernafasan.
~ Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indicator dari lokasi/ derajat gangguan serebral dan mungkin mengindikasikan penurunan/peningkatan TIK.

~ menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.

   Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya edema.

~ dapat digunakan untuk meningkatkan/memperbaiki aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan saat embolus/thrombus merupakan factor masalahnya. Merupakan kontraindikasi pada pasien dengan hipertensi sebagai akibat dari peningkatan risiko perdarahan.

~ hipertensi lama/kronis memerlukan penanganan yang hati-hati, sebab penanganan yang berlebihan meningkatkan risiko terjadinya perluasan kerusakan jaringan.


  Memberikan informasi tentang keefektifan pengobatan/ kadar terapeutik.
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Bunyi nafas vesikuler
RR normal (20x/menit)
Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat
Tidak ada sputum

   Auskultasi suara napas, catat Adanya suara ronki/mengi.


   Lakukan penyedotan sputum dengan suction.


   Beri posisi semi fowler


Kolaborasi :
 Pantau hasil analisa gas darah (melalui grafik kalau ada) atau oksimetri nadi.
   Menandakan Adanya akumulasi secret/pembersiahan jalan napas yang tidak efektif.

   Suction dapat mengurangi akumulasi secret di saluran pernafasan.

   Posisi semi fowler membantu dalam bernapas.




Memantau keefektifan pola napas/terapi.
3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan tidak Adanya footdrop
Integritas kulit baik
Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagiantubuh yang terkena.
Kontraksi otot membaik


  Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang
terganggu.




  Sokong ekstermitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki (foot board) selama periode paralisis flaksid. Pertahankan posisi kepala netral.





   Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstermitas saat masuk. Anjurkan melakukan latihan seperti latihan meremas bola karet, melebarkan jari-jari kaki/telapak.



Kolaborasi :
   Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, dan ambulasi pasien.






 Berikan obat relaksan otot, antispasmodic sesuai indikasi, seperti baklofen, dantrolen.
   Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan . Daerah yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan kerusakan pada kulit/dekubitus.

   Mencegah kontraktur/footdrp dan menfasilitasi kegunaanya jika berfungsi kembali. Paralisis flakdis dapat mengganggu kemampuan untuk menyanggah kepala, dilain pihak paralis spstik dapat mengarah pada deviasi kepala ke salah satu sisi.


  Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur. Menurunkan resiko osteoporosis jika masalah utamanya perdarahan. Catatan : stimulasi berlebihan dapat menjadi pencetus Adanya perdarahan berulang



   Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti/menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi dan kekuatan.


 Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spstisitas pada ekstermitas yang terganggu.
4.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Dapat mengekspresikan perasaan.
Memahami maksud dan pembicaraan orang lain.
Pembicaraan pasien dapat dipahami.




  Kaji tipe/derajat, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mengalami kesulitan berbicara/membuat pengertian sendiri.



  Bedakan antara afasia dengan disartria.































  Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar,daftar kebutuhan, demonstrasi).

Kolaborasi:
Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.
  Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa /seluruh tahap proses komunikasi.

   Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya. Afasia adalah gangguan dalam menggunakan symbol-simbol bahasa dan mungkin melibatkan komponen sensorik dan/atau motorik, seperti ketidakmampuan untuk memahami tulisan/ucapan atau menulis kata, membuat tanda, berbicara. Seorang disartria dapat memahami, membaca, dan menulis bahasa tetapi mengalami kesulitan membentuk/mengucapkan kata sehubungan dengan kelemahan dan paralisis dari otot-otot daerah oral.


   Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/deficit yang mendasari.








 Pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensorik, motorik, dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasikan kekurangan/kebutuhan terapi.
5.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Mual (-), muntah (-)
Konjugtifa ananemis
Klien tampak segar
Hb 13 gr/%, albumin 3,5 g/dl
BB stabil.

    Tinjau ulang patologi/kemampuan menelan pasien secara individual, catat gangguan lidah, kemampuan untuk melindungi jalan napas. Timbang BB secara teratur sesuai kebutuhan.
Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan yang efektif, seperti :
~ bantu pasien dengan mengontrol kepala.





  Letakkan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah makan.




  Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan di atas bibir/di bawah dagu jika dibutuhkan.
  Anjurkan makan selagi hangat.

Kolaborasi :
 Konsultasi oleh ahli gizi untuk asupan gizi yang baik
  Intervensi nutrisi/pilihan rute makan ditentukan oleh factor-faktor ini.










~ menetralkan hiperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan meningkatkan kemampuan untuk menelan.
    Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
    Membantu dan melatih kembali sensori dan meningkatkan control muskuler.


    Meningkatkan nafsu makan dan mencegah mual.


Ahli gizi dapat memberikan saran untuk asupan gizi bagi pasien stroke.
6.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Dapat melakukan perawatan diri sesuai kemampuan,
Mendemonstrasikan perubahan pola hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
  Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.


   Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan/ keberhasilannya.


  Gunakan alat bantu pribadi, seperti kombinasi sikat tangkai panjang, tangkai panjang untuk mengambil sesuatu dari lantai ; kursi mandi pancuran, kloset duduk yang agak tinggi.

Kolaborasi :
 Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ahli terapi okupasi.
        Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.

        Meningkatkan perasaan makna diri. Meningkatkan kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha secara continue.


        Pasien dapat menangani diri sendiri, meningkatkan kemandirian dan harga diri.








Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus.
7.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien diharapkan :
Meminta informasi,
Berpartisipasi dalam proses belajar,
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan aturan terapeutik,
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan.

       Tinjau ulang keterbatasan saat ini dan diskusikan rencana/ kemungkinan melakukan kembali aktifitas (termasuk hubungan seksual).

       Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.



       Identifikasi factor-faktor risiko secara individual (seperti hipertensi, kegemukan, merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral) dan perubahan pola hidup yang penting.
       Rujuk pada perencanaan pemulihan/pengawasan perawatan di rumah dengan mengunjungi perawat.

        Meningkatkan pemahaman, memberikan harapan pada masa datang dan menimbulkan harapan dari keterbatasan hidup secara “normal”.

        Berbagai tingkat bantuan mungkin diperlukan/perlu direncanakan berdasarkan pada kebutuhan secara individual.

        Meningkatkan kesehatan secara umum dan menurunkan risiko kambuh.






       Lingkungan rumah mungkin memerlukan evaluasi dan modifikasi untuk memenuhi kebutuhan individu.







































BAB IV
PENUTUP


Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yangdapat berakibat pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologistroke berlangsung secara progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringanhingga dapat menyebabkan kematian. Secara garis besar, stroke dibagi menjadistroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik(karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki gejala bervariasi sesuaidaerah yang terserang.Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukungperkembangan stroke yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yangtidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapatdimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan gaya hidup). Pencegahanpenyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko yang dapatdimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makananyang disesuaikan dengan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar